3 Nov 2017

Pacaran dan Piala Bergilir

Seperti biasa, ketika saya membuka jendela browser di komputer, saya disuguhkan oleh feed berita harian yang ditautkan dari laman-laman website. Entah kenapa, saya kok iseng buka link berita selebriti. Judulnya kurang lebih seperti ini, ‘Setelah putus dengan si fulan, si fulanah kembali jadian dengan fulan.’

Saya menghela napas dan tersenyum di kulum. Ok, saya nggak membaca isi beritanya karena dari judulnya saja saya sudah tahu atau mencoba menebak apa isi berita tersebut. Lagi pula masih banyak urusan lain yang harus saya kerjakan yang lebih penting dibanding menekuri gosip-gosip selebriti yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Apa sih manfaatnya ketika kita tahu si nganu nggak bisa mengupas salak, si eneng habis miliaran rupiah untuk oplas, si ijah cerai dengan suaminya, si minah habis lahiran anak pertama, dan si nenok putus dengan pacar ketiganya. Haduhh...

Oke, kembali ke si fulanah yang kembali jadian sama si fulan, mantan pacarnya. Saya jadi mikir gini, kok dia nggak ubahnya seperti piala bergilir ya. Abis putus sama si A, jadian sama si B, abis selesai sama si B, jadian sama yang disana, abis yang disana bosen, mencari orang di situ. Kamu jadinya nggak ada bedanya kayak piala bergilir. Murah boo...

===

Sindiran Pengantin Baru

Alkisah, di sore hari yang mendung dan sedikit gerimis saya menghabiskan waktu dengan scrolling beranda Facebook saya. Jarang-jarang lho saya scrolling beranda facebook mengingat saya tipe orang yang sangat menghargai waktu dan mengangap aktifitas di media sosial itu bisa menghabiskan waktu produktif kita... (ehm).

Eh, mari kita kembali ke kisah. Di tengah aktifitas mengintip belantara beranda yang ramainya naudzubillah itu, saya merasa tertarik dengan satu status. Lebih tepatnya bukan tertarik sih, tapi tersindir. Ya, jati diri kejombloan saya tersindir oleh status seorang teman medsos yang baru hari kemarin nikah. Dan pasangannya beda jenis lah. (saya harus tegaskan mengingat LGBT telah merebak, eh)

Si teman mengunggah foto mesra dengan suami barunya (ini tokohnya cewek ya) dengan senyum mereka yang merekah. Tanpaknya efek malam pertama benar-benar membuat mereka melayang-layang hingga mereka tidak sabar untuk mengunggah kebahagiaan mereka di  media sosial.
Lihat apa yang dia tulis di statusnya, “Alhamdulillah, sekarang bangun tidur bisa menemukan seseorang yang memberi kita senyum terindah di samping kita. Kamu kapan seperti ini.”
Makanlah kebahagiaanmu jeng. Tak perlu menyindir-nyindir kita para jomblo yang belum ditakdirkan menemukan belahan jiwa sepertimu.

Oh, saya barusaja marah, dan saya bisa kembali meredam rasa kesal saya. Buktinya, saya pungkas tulisan ini dengan caption J

===

KISAH LAYANGAN PUTUS DAN JAHATNYA PARA NETIJEN

Saya awalnya mengira kisah layangan putus itu cerita anak-anak yang mengejar layangan putus di lapangan. Ehehe. Tapi kok semakin hari beranda saya semakin rame dengan emak-emak yang berkomentar tentang layangan putus dan poligami. Karena didorong rasa penasaran, saya pun mencari tahu lewat google. Dan jreng…muncullah kisah yang membuat saya melongok.

Jujur, saya ikut merasa miris dan prihatin terhadap sang korban. Saya juga ikut kesal dengan sang suami tak bertanggung jawab tersebut (jika memang cerita ini benar adanya mengingat sampai saat ini belum ada tanggapan dari pihak yang menjadi bulan-bulanan para netijen). Bahkan sampai-sampai, akun youtube dan instagram sang ‘pelaku’ yang isinya muratal dan ayat suci, penuh dengan sampah hujatan, ghibahan dan cacian. Ya Ilahi….

Kisah layangan putus menjadi bukti betapa jahatnya komentar para netijen dan betapa besarnya jiwa detektif emak-emak. Btw, saya tidak ingin membahas kisahnya, apalagi komentar para emak. Semua sudah mafhum adanya.

Hanya saja, saya ingin mencoba mengulik pelajaran dari kisah sang Mommy. Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisahnya yang viral.

Pertama, setiap manusia punya salah dan punya peluang untuk salah. Maka tak layak menghujat orang yang berbuat salah. Jangan mentang-mentang pelaku seorang yang terlihat agamis, maka nyinyiran kita berlipat ganda kepadanya.

Kedua, hendaknya ini menjadi cermin untuk menjaga diri, apalagi bagi para publik figure yang notabene menjadi sorotan dan teladan khalayak ramai.

Ketiga, sebejat-bejatnya dia, kita tidak tahu bisa jadi dia telah bertaubat dari dosanya. Kita terus menghujat, dia beroleh Rahmat, kita menabung laknat.

Keempat, semoga ini menjadi pelajaran buat para suami untuk bersikap adil. Saya berharap, jika saya kelak menjadi suami, saya tidak berbuat dzalim terhadap anak istri saya. (Sekali lagi jika kisah ini benar)

Kelima, untuk para netijen, tahanlah diri kalian. Apa untungnya mengomentari kehidupan rumah tangga orang lain dan mencaci sana sini sementara disaat yang sama, sang penulis kisah (korban) tidak melakukan hal yang sama. Mommi Asf tidak mencaci suaminya, tidak juga istri keduanya, dia hanya curhat lewat tulisan sebagai healing bagi jiwanya. Bahkan, ketika ceritanya semakin viral, Mommi Asf lebih memilih menghapus ceritanya.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran.

Sekian.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment