Diantara binatang yang paling saya benci
selain tikus dan kecoa adalah cicak. Bagaimana tidak, di kontrakan saya seringkali
saya menemukan tahi cicak di sudut-sudut ruangan. Atau bahkan dengan jahilnya
si cicak pernah membuang kotorannya di baju yang tergantung di kapstok.
Nah, makanya tak heran jika saya rajin
mengincar cecak dan membunuhnya. Jangan bilang saya tidak memiliki rasa
kepribinatangan ya, karena di dalam syariat islam kita dianjurkan untuk
membunuh cecak. Konon katanya, cecak adalah binatang fasik yang diriwayatkan
turut andil meniup api yang membakar Nabi ibrahim alaihi salam.
Terlepas dari semua itu, usut punya usut
ternyata binatang ini memiliki filosofi tersendiri yang bisa kita jadikan
pelajaran untuk kehidupan kita.
Tentunya kita sudah familiar dengan lagi
anak-anak ‘cicak di dinding.’ Nah, lagu inilah yang menjadi pengatar renungan
saya tentang fiosofi cicak. Kita sepakat bahwa hampir semua makanan cicak
adalah binatang atau serangga yang terbang. Entah itu nyamuk, kupu-kupu kecil
atau lain sebagainya.
Nah, izinkan saya menyanyikan penggalan
pertama lagunya,
‘Cicak-cicak di dinding.’
Pernahkah kita berpikir bagaimana mungkin
seekor cicak yang tidak bisa terbang dan hanya mampu merayap di dinding bisa
mendapatkan nyamuk yang memiliki sayap dan terbang kesana kemari? Padahal kita
juga kadang merasa kewalahan untuk menepuk si nyamuk usil yang dengan lincahnya
terbang kesana kemari demi mendapatkan darah kita secara gratis.
Kita juga tahu bahwa tidak mungkin si nyamuk
menyerahkan dirinya dengan pasrah dan ikhlas kepada si cicak. Dan si cicak juga
tidak mungkin membiarkan makanan lezatnya lewat begitu saja. Tapi pada akhirnya
tetap saja si cicak bisa memakan seekor nyamuk.
Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa
kita diciptakan di dunia ini pasti sudah terjamin rejekinya oleh Sang Pemberi
Rejeki, Allah Subhanahu wata'ala. Kita tidak akan pernah ditelantarkan begitu
saja tanpa mendapatkan rejeki kita. Sebagaimana si cicak yang sudah dijamin
rejekinya.
Mari kita lanjut ke penggalan kalimat kedua,
‘Diam-diam merayap’
Cicak dapat bersabar menunggu nyamuk mendekat
dan menangkapnya. Jika kita bisa mencontoh cicak yang senantiasa bersabar
mencari rejeki, Insya Allah kita akan dapat menikmati rejeki pemberian Allah. Cicak
bergerak lincah ketika mendapatkan peluang untuk menangkap nyamuk. Cicak bisa
menunjukkan ketenangannya. tidak tergesa-gesa dalam mencari mangsa. Begitu juga
selayaknya kita dalam mencari rejeki. Jika kita dapat mencari rejeki dengan
tenang, kita dapat menikmati setiap rejeki yang kita dapatkan.
Untuk memperoleh rejeki itu dibutuhkan
kesungguhan, keinginan yang kuat alias
desire, sabar, ketenangan, kelincahan melihat peluang, fokus dan bersyukur.
‘Hap! Lalu ditangkap..”
Nah, semoga artikel ini bisa menjadi motivasi
untuk kita dalam menjemput rejeki.
No comments:
Post a Comment