24 Nov 2018

Filosofi Anak-anak


Bocah kecil berusia empat tahun itu Umair namanya. Saya selalu suka dengan celotehan polosnya dan senyum kecilnya. Dia adalah anak tetangga yang selalu menyapa saya ketika kami bertemu, baik sepulang saya kerja ataupun ketika saya hendak berangkat kerja

‘Ami mau berangkat kerja ya.’
‘Ami udah kerja ya.’

Dan pertanyaan serta celotehan khas anak kecil lainnya.

 Yang jelas, Umair membuat saya rindu pada adik-adik di rumah dan tentu saja rindu untuk segera menikah dan punya anak. (Hmm...untuk kalimat terakhir abaikan saja).

Memang, anak kecil selalu membawa aura positif dan senyumnya hanya memiliki satu arti; senyum kebahagiaan dan ketulusan. Tidak seperti orang dewasa yang mampu mendefinisikan senyum dengan beragam bentuk kepentingan; senyum sarkastis, senyum sinis, senyum tulus, senyum pahit dan lain sebagainya.

Oleh karena itulah disini saya mencoba untuk melihat anak-anak dari sudut pandang yang berbeda. Kita melihat mereka sebagai objek belajar, yang menjadi inspirasi dalam menggapai makna kehidupan yang lebih dalam. Baik disadari atau tidak, anak kecil dengan kepolosannya menyimpan filosofi kehidupan yang sangat sayang untuk kita lewatkan.

Dikutip dari Muslim Matters, ada beberapa pelajaran berharga yang bisa kita dapatkan dari anak kecil.

Pertama, Anak kecil mengajarkan kita arti tentang ketekunan. Mungkin kita pernah melihat anak kecil yang mengotak-atik puzzle dan tidak pernah berhenti sampai dia merasa lelah. Atau mungkin kita pernah melihat seorang anak yang dengan tekun membuat sebuah mainan. Kita berpikir kita tidak mungkin melakukannya dan menganggapnya buang-buang waktu. Tapi itulah anak-anak. Ketekunan mereka sebanding dengan rasa pantang menyerah dan kreatifitas. Rasa ingin tahunya selalu tinggi. Maka tak heran jika dia selalu bertanya serta bereksplorasi.

Kedua, tidak menyerah dengan kegagalan. Kita pernah melihat seorang bayi yang baru belajar berjalan. Entah itu anak kita, adik kita, anak tetangga atau teman kita. Lihatlah dia, betapa dia tidak pernah menyerah walaupun sudah berkali-kali jatuh. Dia jatuh, maka dia bangkit lagi dan bahkan lebih semangat dari sebelumnya. Begitulah, anak-anak mengajari kita arti penting pantang menyerah karena satu kegagalan. Bukan hanya satu kegagalan, tapi berkali-kali kegagalan.

Ketiga, anak kecil tidak pernah malu untuk berbuat. Ketika kita masih duduk di bangku TK, kita akan selalu berlomba-lomba untuk mengacungkan tangan ketika guru bertanya. Kita semua antusias dan tidak pernah berpikir apakah nanti jawaban kita salah atau tidak? apakah jawaban kita akan ditertawakan atau tidak? tapi lihat apa yang terjadi ketika kita duduk di bangku SMA. Sedikit diantara kita yang berani maju ke depan untuk menjawab soal yang diberikan guru. Sedikit diantara kita yang mengacungkan tangannya untuk menjawab. Kita ragu dan malu untuk menjawab dengan alasan belum yakin apakah jawaban kita benar atau salah.

Keempat, anak kecil mengajarkan kita arti penting memaafkan dan tidak menyimpan dendam. Perasaan anak-anak selalu terbuka sehingga mereka begitu gampang untuk memaafkan kesalahan orang lain. Kita sebagai orang dewasa harus banyak belajar dari ketulusan mereka. Banyak diantara kita yang melupakan kebaikan orang lain selama bertahun-tahun hanya ketika satu kesalahan diperbuat.

Maka cobalah lihat bagaimana dua anak kecil bisa langsung akur kembali dalam hitungan jam, bahkan menit. Padahal sebelumnya mereka bertengkar satu sama lain. Mereka melupakan pertengkaran mereka dan kembali asyik dengan mainan mereka.

Kelima, anak-anak mengajarkan arti penting kebahagiaan dari tawa dan canda. Semakin kita dewasa semakin kita memiliki selera canda yang sedikit. Walaupun mungkin hal ini tidak selamanya benar, tapi memang begitulah faktanya. Semakin dewasa, kita semakin disibukan dengan permasalahan hidup yang mengepung kita sehingga merasa tidak memiliki waktu untuk bercanda dan tertawa.

Rata-rata anak tertawa sekitar 200 kali sehari, sementara orang dewasa tertawa rata-rata 14-17 kali sehari. Kebanyakan orang dewasa sangat pemarah dalam kehidupan sehari-hari.
Keenam, anak-anak mengajarkan arti penting eksplorasi dan rasa ingin tahu yang tinggi. Anak-anak secara alamiah memiliki rasa penasaran. Mereka terus-menerus membuat penemuan tentang kemampuan mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Kita, sebagai orang dewasa, harus melanjutkan hal ini, memiliki rasa ingin tahu untuk menyelidiki hal yang tidak diketahui.

Ketujuh, anak-anak mengajarkan kita arti pentingnya kepercayaan dan saling memahami satu sama lain. Terkadang kita tidak mudah percaya kepada orang lain dan selalu memandang curiga. Kita memiliki pengalaman pernah ditipu, dikecewakan dan disakiti sehingga merasa tidak semua yang berbuat baik itu didasari oleh ketulusan. Terkadang rasa curiga ini bisa berlebihan. Tapi anak-anak, mereka selalu percaya dengan kepolosan mereka.
Tapi terlepas dari semua itu, kita hendaknya tidak sampai mencabut rasa waspada dari dalam diri kita. Ya, belajar dari pengalaman selama hidup kita.

Kedelapan, anak kecil mengajarkan kita arti rasa percaya diri dan keyakinan yang begitu tinggi. Anak kecil selalu percaya dengan kemampuan mereka. Mereka juga merasa percaya diri dengan tampilan mereka. Kita hendaknya memiliki rasa percaya diri yang tinggi layaknya anak kecil sehingga tidak terkekang oleh rasa takut dan khawatir terhadap penilaian orang lain.

Kesembilan, anak kecil selalu mengajarkan arti penting keaktifan dan kreatifitas. Anak-anak tak pernah lelah untuk bergerak dan selalu mengerjakan hal apa pun yang terpikir dalam benak mereka. Terkadang kita selalu terkekang oleh rasa takut ketika kita berniat untuk bergerak. Kita takut  karena masih memikirkan kegagalan di masa lalu.

Nah, itulah beberapa pelajaran penting yang bisa kita dapatkan dari anak-anak. Maka, biarkan mereka mengganggu kita dengan canda dan pertanyaannya. Karena dari mereka kita bisa mendapatkan kebahagiaan. Sebagaimana kata teman saya yang sudah menjadi ayah muda, seorang anak dengan ajaib mampu meluruhkan semua rasa letihnya ketika pulang kerja. Hanya dengan seulas senyum dan satu kata, ‘Ayah.’

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment