Bocah kecil berusia empat tahun itu Umair namanya. Saya
selalu suka dengan celotehan polosnya dan senyum kecilnya. Dia adalah anak
tetangga yang selalu menyapa saya ketika kami bertemu, baik sepulang saya kerja
ataupun ketika saya hendak berangkat kerja
‘Ami mau berangkat kerja ya.’
‘Ami udah kerja ya.’
Dan pertanyaan serta celotehan khas anak kecil lainnya.
Yang jelas, Umair
membuat saya rindu pada adik-adik di rumah dan tentu saja rindu untuk segera
menikah dan punya anak. (Hmm...untuk kalimat terakhir abaikan saja).
Memang, anak kecil selalu membawa aura positif dan
senyumnya hanya memiliki satu arti; senyum kebahagiaan dan ketulusan. Tidak
seperti orang dewasa yang mampu mendefinisikan senyum dengan beragam bentuk
kepentingan; senyum sarkastis, senyum sinis, senyum tulus, senyum pahit dan
lain sebagainya.
Oleh karena itulah disini saya mencoba untuk melihat
anak-anak dari sudut pandang yang berbeda. Kita melihat mereka sebagai objek
belajar, yang menjadi inspirasi dalam menggapai makna kehidupan yang lebih
dalam. Baik disadari atau tidak, anak kecil dengan kepolosannya menyimpan
filosofi kehidupan yang sangat sayang untuk kita lewatkan.
Dikutip dari
Muslim Matters, ada beberapa pelajaran berharga yang bisa kita dapatkan
dari anak kecil.
Pertama, Anak kecil mengajarkan kita arti tentang
ketekunan. Mungkin kita pernah melihat anak kecil yang mengotak-atik puzzle dan
tidak pernah berhenti sampai dia merasa lelah. Atau mungkin kita pernah melihat
seorang anak yang dengan tekun membuat sebuah mainan. Kita berpikir kita tidak
mungkin melakukannya dan menganggapnya buang-buang waktu. Tapi itulah
anak-anak. Ketekunan mereka sebanding dengan rasa pantang menyerah dan
kreatifitas. Rasa ingin tahunya selalu tinggi. Maka tak heran jika dia selalu
bertanya serta bereksplorasi.
Kedua, tidak menyerah dengan kegagalan. Kita pernah
melihat seorang bayi yang baru belajar berjalan. Entah itu anak kita, adik
kita, anak tetangga atau teman kita. Lihatlah dia, betapa dia tidak pernah
menyerah walaupun sudah berkali-kali jatuh. Dia jatuh, maka dia bangkit lagi
dan bahkan lebih semangat dari sebelumnya. Begitulah, anak-anak mengajari kita
arti penting pantang menyerah karena satu kegagalan. Bukan hanya satu
kegagalan, tapi berkali-kali kegagalan.
Ketiga, anak kecil tidak pernah malu untuk berbuat.
Ketika kita masih duduk di bangku TK, kita akan selalu berlomba-lomba untuk
mengacungkan tangan ketika guru bertanya. Kita semua antusias dan tidak pernah
berpikir apakah nanti jawaban kita salah atau tidak? apakah jawaban kita akan
ditertawakan atau tidak? tapi lihat apa yang terjadi ketika kita duduk di
bangku SMA. Sedikit diantara kita yang berani maju ke depan untuk menjawab soal
yang diberikan guru. Sedikit diantara kita yang mengacungkan tangannya untuk
menjawab. Kita ragu dan malu untuk menjawab dengan alasan belum yakin apakah
jawaban kita benar atau salah.
Keempat, anak kecil mengajarkan kita arti penting
memaafkan dan tidak menyimpan dendam. Perasaan anak-anak selalu terbuka
sehingga mereka begitu gampang untuk memaafkan kesalahan orang lain. Kita
sebagai orang dewasa harus banyak belajar dari ketulusan mereka. Banyak
diantara kita yang melupakan kebaikan orang lain selama bertahun-tahun hanya
ketika satu kesalahan diperbuat.
Maka cobalah lihat bagaimana dua anak kecil bisa langsung
akur kembali dalam hitungan jam, bahkan menit. Padahal sebelumnya mereka
bertengkar satu sama lain. Mereka melupakan pertengkaran mereka dan kembali
asyik dengan mainan mereka.
Kelima, anak-anak mengajarkan arti penting kebahagiaan
dari tawa dan canda. Semakin kita dewasa semakin kita memiliki selera canda
yang sedikit. Walaupun mungkin hal ini tidak selamanya benar, tapi memang
begitulah faktanya. Semakin dewasa, kita semakin disibukan dengan permasalahan
hidup yang mengepung kita sehingga merasa tidak memiliki waktu untuk bercanda
dan tertawa.
Rata-rata
anak tertawa sekitar 200 kali sehari, sementara orang dewasa tertawa rata-rata
14-17 kali sehari. Kebanyakan orang dewasa sangat pemarah dalam kehidupan
sehari-hari.
Keenam, anak-anak mengajarkan arti penting eksplorasi dan
rasa ingin tahu yang tinggi. Anak-anak secara alamiah memiliki rasa penasaran. Mereka terus-menerus
membuat penemuan tentang kemampuan mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka.
Kita, sebagai orang dewasa, harus melanjutkan hal ini, memiliki rasa ingin tahu
untuk menyelidiki hal yang tidak diketahui.
Ketujuh, anak-anak mengajarkan kita arti pentingnya
kepercayaan dan saling memahami satu sama lain. Terkadang kita tidak mudah
percaya kepada orang lain dan selalu memandang curiga. Kita memiliki pengalaman
pernah ditipu, dikecewakan dan disakiti sehingga merasa tidak semua yang
berbuat baik itu didasari oleh ketulusan. Terkadang rasa curiga ini bisa
berlebihan. Tapi anak-anak, mereka selalu percaya dengan kepolosan mereka.
Tapi terlepas dari semua itu, kita hendaknya tidak sampai
mencabut rasa waspada dari dalam diri kita. Ya, belajar dari pengalaman selama
hidup kita.
Kedelapan, anak kecil mengajarkan kita arti rasa percaya
diri dan keyakinan yang begitu tinggi. Anak kecil selalu percaya dengan
kemampuan mereka. Mereka juga merasa percaya diri dengan tampilan mereka. Kita
hendaknya memiliki rasa percaya diri yang tinggi layaknya anak kecil sehingga
tidak terkekang oleh rasa takut dan khawatir terhadap penilaian orang lain.
Kesembilan, anak kecil selalu mengajarkan arti penting
keaktifan dan kreatifitas. Anak-anak tak pernah lelah untuk bergerak dan selalu
mengerjakan hal apa pun yang terpikir dalam benak mereka. Terkadang kita selalu
terkekang oleh rasa takut ketika kita berniat untuk bergerak. Kita takut karena masih memikirkan kegagalan di masa
lalu.
Nah, itulah beberapa pelajaran penting yang bisa kita
dapatkan dari anak-anak. Maka, biarkan mereka mengganggu kita dengan canda dan
pertanyaannya. Karena dari mereka kita bisa mendapatkan kebahagiaan.
Sebagaimana kata teman saya yang sudah menjadi ayah muda, seorang anak dengan
ajaib mampu meluruhkan semua rasa letihnya ketika pulang kerja. Hanya dengan
seulas senyum dan satu kata, ‘Ayah.’
No comments:
Post a Comment