“Sudah tujuh tahun kuliah, kapan lulusnya, nih.”
“Kok di rumah melulu, kapan mau kerja.”
“Ngejomblo terus, kapan nikahnya nih. Ditunggu undangannya
lho.”
“Mau kapan punya baby. Jangan ditunda-tunda lho.”
=
Hmmm, sepertinya banyak pertanyaan-pertanyaan dengan subjek
KAPAN. Apa kamu termasuk salah seorang diantara mereka yang mendapatkan
pertanyaan-pertanyaan semacam itu? Atau mungkin kamu orang yang doyan banget
nanya seperti itu. Hehe.
Nah, saya sendiri sering mendapatkan pertanyaan yang
bersubjek kapan. Yeah, terutama saya seorang jomblo (ini bukan promosi
terselubung lho ya), maka pertanyaan tidak jauh dari seputar ‘kapan nikah.’
Kesel nggak sih? Ya mungkin di saat-saat tertentu pertanyaan
tersebut suka ngeselin. Gimana nggak kesel, pertanyaan tersebut seakan-akan
menyalahkan atau paling tidak memojokan status kita yang menurut pandangan
mereka belum ideal. Belum ideal jika udah berumur tapi belum kawin, belum ideal
kalo udah nikah lama tapi belum punya anak, belum ideal kalau udah lama kuliah
tapi belum wisuda. Bla..bla..bla… Nah lho. Padahal kan urusan hidup kita itu
ada di tangan Allah. Yah, walaupun kita juga harus ikhtiar, tapi setidaknya
kurang etis jika pertanyaan tersebut dilontarkan dengan nada seakan-akan
mendesak.
Siapa tahu seseorang belum menikah bukan karena tidak ingin
menikah. Dia sudah berusaha berikhtiar, dari mulai datengin ustadz dan murabbi,
Tanya-tanya teman dan kerabat tentang kandidat yang kira-kira cocok. Tapi urusan
jodoh tentunya masih misteri untuk sebagian orang yang masih menjomblo.
Siapa tahu seseorang belum punya anak karena memang belum
ditakdirkan oleh Allah, bukan karena pil KB atau karena nggak mau punya anak
dengan alasan kesibukan.
Siapa tahu seseorang belum wisuda karena selain kuliah, dia
juga harus kerja sampingan untuk menghidupi diri dan keluarganya, atau sibuk di
organisasi. Bukan karena malas-malasan lho ya.
Mungkin buat orang yang suka nyolot akan menjawab dengan
jawaban yang pedas sepedas rujak, “Emangnya kamu siapa, nanya gitu. Emak gue
bukan! Hidup gue ya terserah gue!”
Tapi guys nggak sebegitunya kali. Kalau memang ada yang
bertanya, ya jawab saja dengan santai. Biasanya saya suka menjawab dengan
gurauan ketika ditanya kapan nikah.
“Husni, kapan nih nyusul.” Tanya seorang sohib ketika saya
menghadiri walimahan seorang teman.
Saya hanya nyengir kuda dan bilang, “Insya Allah,
secepatnya.” Ya mudah-mudahan jawaban saya sekaligus menjadi doa buat saya. Siapa
tahu Allah mempercepat jodoh saya. Hehe. Aminin dong.
Di kesempatan yang lain, ketika saya pulkam saya bertemu
dengan adik perempuan saya yang sudah menikah. Dia sudah punya anak. Anaknya lucu
banget. (kok malah kemana-mana ya, oke kembali ke laptop). Jadi , saking
gemesnya saya bawa keponakan saya ke rumah tetangga saya. Eh, si tetangga
bilang, ‘Husni, itu adiknya udah mau punya anak dua, kapan nih mau nikah. Umur udah
cukup. Apalagi yang mau ditunggu.”
Saya hanya mesem. Alih-alih tersinggung, saya menjawabnya
dengan gurauan. “Teteh mau ngamplop berapa emang. Hehe.”
Tetangga saya itu tertawa, “Teteh mah mau bantu doa aja.”
“Jangan cuman doa atuh the. Sok sodorin kandidatnya yang
cocok dan pas buat saya.”
Nah guys, jadi intinya buat kamu yang sering ditanya kayak
gini, nggak usah marah. Dijawab aja dengan santai dan minta doanya dari si
penanya. Kalau kamu emang tipe orang yang suka nanya, bertobatlah J, karena pertanyaanmu
terkadang membuat mereka sedikit tersinggung. Saling pengertian aja.
BTW, ini bukan curhat. Cuman mencurahkan unek-unek yang
mengganjal. (lho, apa bedanya J)
No comments:
Post a Comment