Sedang asyik-asyiknya
scrolling beranda facebook, tiba-tiba mata saya tertahan pada sebuah status
yang sangat menggelitik dari seorang sahabat salafi
Sahabat saya
itu menulis seperti ini,
“Bani Israil
pernah di pimpin manusia selevel nabi Musa. Apakah Bani Israil menjadi lebih
baik setelah itu?Itulah kenapa pentingnya memperbaiki kualitas diri manusianya
ketimbang sibuk mencari mana pemimpin yang "lumayan" baik.”
Saya hanya
tersenyum dikulum membaca status yang secara sekilas terlihat benar, tapi
sungguh cacat logika.
Logika mereka
sama persis seperti logika orang-orang liberal ketika ingin ‘mengkorupsi’
konsep hijab yang benar. Orang liberal mengatakan 'lebih baik jilbabin hatinya daripada
kepalanya. kedua-duanya penting, hati baik itu harus, kepala ditutup wajib.
Pun, isu yang disinggung tentang pentingnya dakwah tauhid dan pentingnya
pemimpin yang baik. Dakwah menuju kebaikan itu wajib, memilih pemimpin baik
juga wajib. Tak boleh ada dikotomi dan tak perlu diadu. [emang domba kali ya,
diadu J
Sahabat saya
itu juga membandingkan fenomena pemilihan pemimpin (baca:pilkada) dengan
kepemimpinan Musa alaihi salam. Kenapa tidak mencontoh Rasulullah shollallahu
'alaihi wasallam. Beliau menjadi pemimpin yang baik dan memiliki sahabat dan
rakyat yang baik.
Nah,
menariknya, ada yang menyinggung hal ini dikomentar status sahabat saya itu. Kemudian
dia jawab, ‘ karena Rasulullah berdakwah kepada tauhid dan akidah yang lurus
kepada para sahabat.’ Lha, emang Nabi Musa alaihi salam tidak berdakwah kepada
Tauhid kepada Bani Israel??
Rasulullah shollallahu
'alaihi wasallam memiliki rakyat seperti sahabat, dan Musa alaihi salam memiliki
rakyat Bani Israel dengan karakternya sendiri. Jadi nggak usah menggugat ‘saudamu’
yang mengembar-gemborkan pentingnya memilih pemimpin yang baik, atau paling
tidak pemimpin yang ‘lumayan baik.’ Karena antara rakyat dan pemimpin memiliki
hubungan yang berkelindan satu sama lain. Dakwah wajib, memilih pemimpin yang
baik apalagi.
Sumber gambar: ptotoday.com
No comments:
Post a Comment