Dikisahkan
tinggalah seorang petani di sebuah desa. Petani itu memiliki lima orang putra. Mereka
semua pemalas dan tidak pernah membantu ayah mereka. Selain itu, mereka selalu
bertengkar satu sama lain.
Sang ayah
sangat sedih dan khawatir dengan kemalasan anak-anaknya. Dia mencoba untuk
memperbaiki kebiasaan mereka tapi semuanya sia-sia.
Suatu hari,
si petani memanggil anak-anaknya. Mereka segera datang. Kemudian petani itu
meminta mereka semua duduk dan mendengarkan kata-katanya.
Petani itu
berkata, "Anak-anakku terkasih, aku lemah dan sakit. Aku bisa mati kapan saja.
Ada banyak uang dan emas batangan yang tersembunyi di ladang kita. Aku mengubur
uang-uang dan emas tersebut belasan tahun yang lalu, tapi aku sudah lupa dimana aku telah
menguburnya. Gali harta itu setelah kematianku."
Petani
tersebut meninggal setelah dua hari kemudian. Anak-anak petani tersebut segera menggali
setiap inci dari ladang ayah mereka dengan memakai cangkul. Tapi mereka tak
menemukan satu hal apa pun yang berharga. Tidak batangan emas, tidak juga
selogam uang.
Karena tanah
itu sudah dicangkul disemua permukaanya, beberapa tetangga mereka menasihati
mereka untuk menabur benih gandum di ladang tersebut. Anak-anak almarhum petani
itu menuruti nasihat tersebut. Mereka menanam gandung di tanah ladang itu. Walaupun
mereka tidak mendapatkan apa yang ayah mereka sebutkan, setidaknya hasil kerja
mereka berupa galian tanah itu tidak sia-sia.
Tak berapa
lama, mereka bisa memanen gandung mereka dengan hasil yang bagus. Kemudian mereka
menjualnya dan memperoleh banyak uang dari hasil penjualan tersebut. Akhirnya mereka
paham apa yang ayah mereka maksud. Yakni harta karun yang sesungguhnya adalah
hasil kerja keras mereka di ladang tersebut.
Sejak hari
itu mereka bekerja keras dan menjalani hidup bahagia.
Moral:
Sebagaimana pepatah inggris, No Pains, No Gains. Tidak ada rasa sakit, tidak ada keuntungan. Kita harus meyakini bahwa semua kesenangan itu membutuhkan proses, waktu dan pengorbanan.
Salam sukses
No comments:
Post a Comment