29 Nov 2017

Batu, Kerikil dan Pasir

Seorang profesor filsafat ketika sedang memberikan kuliah mengeluarkan sebuah botol mayones yang sudah kosong. Kemudian ia mengeluarkan beberapa batu yang kemudian diisikannya ke botol itu. Ketika sudah dua batu diisikan, sudah tak ada tempat lagi bagi batu ketiga. Ia bertanya pada mahasiswanya apakah botol itu sudah penuh? Mahasiwanya mengiyakan.

Kemudian ia mengambil kerikil kecil. Dimasukkannya kerikil itu ke botol dan botol itu dikocok-kocoknya. Kerikil-kerikil itu akhirnya masuk bergulir memenuhi ruang di antara batu-batu itu. Sekali lagi ia bertanya apakah botol itu penuh? Mahasiswanya menjawab ya.

Lalu profesor itu mengambil pasir dan menuangkannya ke botol. Setelah botol itu diguncang-guncangkan beberapa kali, pasir itu masuk mengisi ruang yang masih tersisa memenuhi botol.

Semua mahasiswa tersenyum.

***
Sahabat, botol ini mengibaratkan hidup kita. Batu-batu ini adalah hal-hal yang paling penting dalam hidup kita yaitu , keluarga, kesehatan, anak-anak kita. Kerikil-kerikil ini adalah hal-hal lain yang juga penting dalam hidup kita, misalnya pekerjaan, pengetahuan, ketrampilan kita. Pasir adalah hal-hal lain seperti hobby dan kesenangan kita.

Bila kita memasukkan kerikil dan pasir terlebih dahulu maka tak ada ruang lagi buat batu. Begitu juga dengan hidup kita. Bila kita mencurahkan seluruh energi dan waktu kita untuk hal-hal yang kecil, materi, kedudukan, kesenangan, maka kita tak mempunyai ruang lagi untuk hal yang benar-benar penting dalam hidup kita.

Berikan prioritas pada hal yang terpenting. Beri perhatian pada isteri atau suami dan anak-anak kita. Dan jangan lupa berikan pula waktu bagi Sang Pencipta, karena pertemuan dan ridho-Nyalah, tujuan utama kita. Jangan khawatir, kita akan tetap punya waktu untuk pekerjaan dan kesenangan, karena hal-hal itu hanyalah kerikil dan pasir saja.


Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment