11 Aug 2017

Inilah Alasannya, Kenapa Kami Tidak Tinggalkan al-Aqsha [Bantahan Untuk Salafi]


Anda pernah mendengar ceramah nyeleneh ustadz Salafi yang menyatakan bahwa bangsa Palestina tidak perlu jihad untuk al-Aqsho. Alih-alih bersimpati dengan perjuangan kaum muslimin Palestina, mereka dengan otak segarisnya dengan enteng nyuruh Hijrah. Satu kesimpulan yang sangat-sangat nggak masuk akal dan membuktikan "Salah Fikir mereka.

Beberapa waktu yang lalu saya menemukan artikel yang makjleb yang membungkam syubhat si Salah fikir berkaitan dengan Palestina. Cekidot!
---

Saya heran, bagaiamana bisa tikus mati kelaparan di lumbung padi. Yang lebih mengherankan, bagaiamana bisa orang  tersesat di lautan dalil.

Itulah yang terjadi pada Salafi. Umat Islam Palestina dibantai penjajah Israel. Bukannya berdoa, justru hinaan yang mereka sumbangkan.

“Itu gara-gara kalian tidak mau mengikuti Fatwa ulama. Harusnya kalian hijrah. Rasulullah saja Hijrah meninggalkan Ka’bah, masa kalian tidak mau meninggalkan Al-Aqsha? Dasar hizbi goblok!”

Ustadz Riyadh Barjey; "Palestina Harusnya Hijrah, Bukan Jihad!"

Membungkam mulut ember Salafi

Wahai Salafi, dalil kalian benar. Tapi kalian salah menerapkannya!

Pertama, Rasulullah berani meninggalkan Ka’bah, karena beliau yakin, kafir Quraisy tidak akan menghancurkannya.

Sekalipun kafir, mereka tetap menghormati Ka’bah. Karena Ka’bah adalah milik mereka juga. Akan mereka jaga dan mereka rawat.

Ingat kisah penjagaan kafir Arab terhadap Ka’abah ketika akan diserang oleh pasukan Abraham?

 Adapun Masjidil Aqsha, jika ditinggalkan, dalam hitungan detik Al Aqsha akan rata dengan tanah. Karena Bani Israel tidak menganggap Al Aqsha sebagai tenpat suci.

Jangankan ditinggalkan, belum ditinggalkan saja, kondisinya sudah babak belur seperti ini.

Kedua, zaman Nabi belum ada batasan teritorial negara seperti hari ini. Tidak ada penjaga di perbatasan negara. Kalau mau hijrah, tidak perlu repot urus visa dan paspor.

Adapun hari ini, jangankan pintu hijrah, pintu bantuan kemanusiaan saja sulitnya minta ampun.

Ketiga, kalau mau hijrah, hijrahnya kemana? Terus lewat mana? Kalau ngomong yang realistis dong! Kalian bilang ‘bumi Allah luas.’ Iya Luas, kalau negara Arab serius membantu.

Saat ini, kondisi Palestina dijepit Israel, Kecuali Mesir. Nyatanya, si Asisi, Ulil Amri Salafi untuk wilayah Mesir menutup jalur evakuasi. Terus mau hijrah lewat mana?

Keempat, kalau Salafi ngotot nyuruh hijrah karena fatwa ulama, pernyataannya:

Apakah fatwa ulama di suatu tempat mutlak mengikat untuk wilayah lain?

Apakah fatwa tersbut dalam masalah akidah atau masalah mashlahat?

Kalau kalian mengatakan masalah akidah, berarti kalian telah mengatakan, penduduk Palestina semuanya kafir.

Kalau fatwa tersebut karena alasan mashlahat, sungguh penduduk setempat lebih mengetahui mashlahat untuk diri mereka sendiri.

Kelima, jihad Palestina adalah jihad syar’i. Karena dipimpin oleh presiden yang sah. Dalam kondisi seperti itu, apa yang diserukan oleh Preseden wajib diikuti. Termasuk bertahan di Palestina.

Semua negara di dunia mengakui kedaulatan Palestina. Tidak ada yang menolaknya kecuali Israel laknatullah. Kecuali jika Salafi sehati dengan Israel.

Akhirnya saya paham, kenapa orang bisa sesat di lautan dalil. Ilmu hanya dihapal, tidak pernah dicerna. Paham dalil tidak paham realita.

Sama seperti tikus di lumbung padi. Lumbung hanya dijadikan tenpat tidur. Padi tidak pernah dimakan. Akhirnya mati kelaparan.

Oleh : Sahlan Ahmad/Globalnews.com
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment