Betapa banyak kita tidak menyadari, kita beramal tapi amal yang telah kita lakukan itu lebur menjadi debu, tak berbekas. Karena kita sendiri.
🍉
Laksana anak-anak yang membangun istana-sitana pasir yang megah ditepi pantai, kemudian ombak besar menghempasnya menjadi butiran-butiran pasir basah yang berserak.
🍉
Atau seperti mengisi air pada kantong yang bocor. Percuma kita menciduk air, toh air itu akan kembali tercurah. Jangan sampai kita mengisi air ke dalam kantong bocor.
🍉
Kita bersedekah kepada fakir miskin kemudian, tetapi di lain waktu kita menghina dan menyulitkan mereka, itu seperti kantong bocor.
🍉
Kita memakai baju yang tertutup, sehingga lelaki bukan mahrom tidak melihat kita, tetapi tubuh kita menguarkan parfum yang menguar dan menggoda lelaki. Maka itulah wanita yang seperti kantong bocor.
🍉
Kita memuliakan tamu dengan menjamunya, tapi di kesempatan yang lain kita menggunjingnya setelah dia hengkang dari rumah kita. Maka itulah tuan rumah yang seperti kantong bocor.
🍉
Pada akhirnya kita bersusah payah mengumpulkan amalan-amalan kita pada kantong bocor. Satu sisi kita mengumpulkan dengan susah payah. Di sisi lain kita tidak menyadari bahwa amal kita jatuh tercurah tiada bekasnya.
🍉
Pada akhirnya, [kelak] kita hanya bisa gigit jari saat pembagian catatan amal tiba.
🍉
Laksana anak-anak yang membangun istana-sitana pasir yang megah ditepi pantai, kemudian ombak besar menghempasnya menjadi butiran-butiran pasir basah yang berserak.
🍉
Atau seperti mengisi air pada kantong yang bocor. Percuma kita menciduk air, toh air itu akan kembali tercurah. Jangan sampai kita mengisi air ke dalam kantong bocor.
🍉
Kita bersedekah kepada fakir miskin kemudian, tetapi di lain waktu kita menghina dan menyulitkan mereka, itu seperti kantong bocor.
🍉
Kita memakai baju yang tertutup, sehingga lelaki bukan mahrom tidak melihat kita, tetapi tubuh kita menguarkan parfum yang menguar dan menggoda lelaki. Maka itulah wanita yang seperti kantong bocor.
🍉
Kita memuliakan tamu dengan menjamunya, tapi di kesempatan yang lain kita menggunjingnya setelah dia hengkang dari rumah kita. Maka itulah tuan rumah yang seperti kantong bocor.
🍉
Pada akhirnya kita bersusah payah mengumpulkan amalan-amalan kita pada kantong bocor. Satu sisi kita mengumpulkan dengan susah payah. Di sisi lain kita tidak menyadari bahwa amal kita jatuh tercurah tiada bekasnya.
🍉
Pada akhirnya, [kelak] kita hanya bisa gigit jari saat pembagian catatan amal tiba.
No comments:
Post a Comment