17 Apr 2017

Jiwa yang Merdeka


“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan keimanan mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itulah yang mendapat petunjuk (QS. Al-An’am :82)

 
Keimanan menimbulkan rasa aman tentram dan bahagia, karena keimanan kepada Allah atau tauhidullah telah memerdekakan manusia dari segala ketakutan.
Keimanan menjadikan sumber segala ketakutan adalah dari Allah semata. Tidak ada ancaman yang berarti, tidak ada yang perlu dirisaukan dengan segala ketakutan yang ada di sekelilingnya.

Keimanan menjadikan sumber kebahagiaan karena keimanan menciptakan ketawakalan kepada Allah. Hanya kepada Allah swt berharap dan memasrahkan segalanya. Karena kita adalah budak Allah yang menjadi milik-Nya. Maka duhai, untuk apa kita takut kepada selain-Nya. Untuk apa kita khawatir terhadap segala masalah, bukankah Allah yang memiliki, mengurus dan menentukan hidup kita. kita hanya dituntut untuk ikhtiar/ berbuat, bertawakal dan tentunya berdoa. 

Maka jelaskah, keimanan menimbulkan keamanan, ketentraman, kebahagiaan dan kelapangan.

Rasulullah saw telah mengajari kita sebuah perenungan yang sangat dalam:
“Jika kalian meminta mintalah kepada Allah. Jika meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh manusia berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kecuali apa yang dituliskan Allah atasmu. Seandainya mereka berserikat untuk memberi suatu mudharat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi mudharat kecuali atas apa yang telah dituliskan Allah untukmu [HR. Tirmidzi dan Ahmad]

Hati yang kosong dari keimanan akan dibayang-bayangi ketakutan karena tidak ada tempat bergantung dan berpengharapan. Takut miskin, takut sakit, takut dominasi orang lain dan seabrek ketakutan lainnya.

Oleh karena itu, tak heran jika para psikolog memasukan unsur “ruh” keimanan terhadap masalah kejiwaan. Terlepas dari bagaimana presentasi atau makna dari ruh/ keimanan itu sendiri menurut psikolog tersebut.

Indikator kesehatan jiwa itu meliputi:

Aspek Ruh
Yaitu beriman kepada Allah, menerima ketentuan-Nya, merasakan kedekatan hubungan dan selalu beribadah kepada-Nya.

Aspek Jiwa
Jujur, tidak iri, menerima jati diri, mampu mengatasi depresi, dan menjauhi segala sifat yang bisa merusak dan menyakiti hati [sombong, kikir, malas, pesimis dan lain sebagainya]

Aspek Sosial
Mencintai sesame dan orang-orang terdekat dengan selalu menampakan sikap peduli dan perhatian [humanis]

Aspek biologis
Terbebas dari penyakit, kecacatan, gaya hidup sehat dan lain sebagainya.
Sudah selayaknya kita menyeimbangkan aspek-aspek tersebut sehingga kehidupan menjadi harmoni yang indah bagi kita. 

dan puncak dari segala kebahagiaan dan ketentraman jiwa adalah dari ruh keimanan. Maka, perhatikan dan pupuk ruh iman tersebut.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment