“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan keimanan mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itulah yang mendapat petunjuk (QS. Al-An’am :82)
Keimanan menimbulkan
rasa aman tentram dan bahagia, karena keimanan kepada Allah atau tauhidullah
telah memerdekakan manusia dari segala ketakutan.
Keimanan menjadikan
sumber segala ketakutan adalah dari Allah semata. Tidak ada ancaman yang
berarti, tidak ada yang perlu dirisaukan dengan segala ketakutan yang ada di
sekelilingnya.
Keimanan menjadikan
sumber kebahagiaan karena keimanan menciptakan ketawakalan kepada Allah. Hanya kepada
Allah swt berharap dan memasrahkan segalanya. Karena kita adalah budak Allah
yang menjadi milik-Nya. Maka duhai, untuk apa kita takut kepada selain-Nya. Untuk
apa kita khawatir terhadap segala masalah, bukankah Allah yang memiliki,
mengurus dan menentukan hidup kita. kita hanya dituntut untuk ikhtiar/ berbuat,
bertawakal dan tentunya berdoa.
Maka jelaskah,
keimanan menimbulkan keamanan, ketentraman, kebahagiaan dan kelapangan.
Rasulullah
saw telah mengajari kita sebuah perenungan yang sangat dalam:
“Jika kalian
meminta mintalah kepada Allah. Jika meminta pertolongan, mintalah pertolongan
kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh manusia berkumpul untuk memberi
suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kecuali apa
yang dituliskan Allah atasmu. Seandainya mereka berserikat untuk memberi suatu mudharat
kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi mudharat kecuali atas apa yang telah
dituliskan Allah untukmu [HR. Tirmidzi dan Ahmad]
Hati yang
kosong dari keimanan akan dibayang-bayangi ketakutan karena tidak ada tempat
bergantung dan berpengharapan. Takut miskin, takut sakit, takut dominasi orang
lain dan seabrek ketakutan lainnya.
Oleh karena
itu, tak heran jika para psikolog memasukan unsur “ruh” keimanan terhadap
masalah kejiwaan. Terlepas dari bagaimana presentasi atau makna dari ruh/ keimanan
itu sendiri menurut psikolog tersebut.
Indikator
kesehatan jiwa itu meliputi:
Aspek Ruh
Yaitu beriman
kepada Allah, menerima ketentuan-Nya, merasakan kedekatan hubungan dan selalu
beribadah kepada-Nya.
Aspek Jiwa
Jujur, tidak
iri, menerima jati diri, mampu mengatasi depresi, dan menjauhi segala sifat
yang bisa merusak dan menyakiti hati [sombong, kikir, malas, pesimis dan lain
sebagainya]
Aspek Sosial
Mencintai sesame
dan orang-orang terdekat dengan selalu menampakan sikap peduli dan perhatian
[humanis]
Aspek
biologis
Terbebas dari
penyakit, kecacatan, gaya hidup sehat dan lain sebagainya.
Sudah selayaknya
kita menyeimbangkan aspek-aspek tersebut sehingga kehidupan menjadi harmoni
yang indah bagi kita.
dan puncak dari segala kebahagiaan dan ketentraman jiwa
adalah dari ruh keimanan. Maka, perhatikan dan pupuk ruh iman tersebut.
No comments:
Post a Comment