12 Mar 2017

'Teroris' Telah Menolong Ayahmu, Frank!"

Saat itu aku sedang mengombrol dengan temanku amal saat lelaki tak tahu sopan santun itu datang dan duduk di hadapan kami berdua. Franklin. Entah sudah berapa kali aku dibuat kesal olehnya. Ya, kesal dengan kata-katanya yang rasis dan selalu membuat aku ingin berteriak sekeras-kerasnya dan menghancurkan otaknya, kalau seandainya aku bisa.

Franklin tersenyum sarkastis kepada kami berdua. Tatapan matanya mengejek seakan-akan kami adalah makhluk yang menjijikan baginya.

“apa tidak lebih baik kau pergi dari hadapan kami dan bermain degan belasan barbiemu?”ujar amal dengan menatap tajam. Dagunya terangkat tinggi seakan menantang frank. Yeah, kukira dia memang gadis paling berani yang aku kenal.

Franklin nyengir. Setelah itu terbawa terbahak-bahak,”whoa...singa betina padang pasir merasa terganggu ya.”

Amal hampir mau menonjok mukanya yang kurang ajar jika aku tidak segera menahan tangannya. Jika aku biarkan dia menonjok franklin, tentunya akan mengundang perhatian dari teman-temannya yang lain. Dan aku kira hal itu akan membuat ejekan mengalir deras kepadaku dan tentu saja kepada semua teman-teman muslimku.

Aku menghela nafas,”frank, bisakah kau meninggalkan kami. Apa maumu? Aku kira kau hanya menghabiskan waktumu disini.” Aku berusaha mengendalikan emosiku.

Frank kembali tersenyum,”oh tidak, aku rasa aku tidak merasa sia-sia dengan berbicara denganmu, aku hanya_”

“aku tidak butuh ocehanmu!” bentak amal. Aku merasakan tangannya mulai kembali mengepal.

‘oh yeah, aku kira aku tidak perlu membuat betina padang pasir ini marah ya. Tapi hanya ingin berbicara bahwa, kalian tidak seharusnya membuat kampus ini kacau.”

Aku bersitatap dengan amal. Membuat kampus ini kacau? Maksudnya apa?

“kalian tidak perlu bersikap pura-pura seperti itu. Aku dan teman-temanku tahu bahwa kalian  berusaha melobi mr. Logan untuk memberi legalitas terhadap organisasi mahasiswa muslim di sini.”
“apa salahnya? Kau tidak pernah belajar demokrasi ya. Bukankah itu hal yang wajar.” Kali ini aku tahu dari mana kejengkelan franklin bermula.

“tidak ada yang salah. Hanya saja, aku merasa khawatir kalian akan menjadi terorist-terorist militan di sini. Kalian bisa saja merekrut teman-teman kalian untuk membuat sebuah konspirasi.”

Amal melihat sekeliling ruangan kantin. Yeah, cukup banyak orang untuk mengumumkan apa yang kami pandang benar. “dengarkan semuanya, ini benar-benar idiot kan., bagaimana mungkin dia bisa berpikir seperti itu? Sangat menggelikan.”

Stephany si gadis berambut pirang datang ke hadapan amal. Gerakan tubuhnya yang melenggak lenggok membuat aku muak. Si gadis sok berkuasa dan sok kaya itu selalu membuat ulah jika mulai menggerakan kedua bibirnya.

“oh amal sayang, franklin tidak salah dengan apa yang dia katakan. Gedung WTC hancur akibat ulah orang-orang seperti kalian. Dan tentara-tentara amerika mati di padang pasir akibat ulah paman-paman kalian.”

“tutup mulutmu jalang!”seru amal.”sebelum aku robek mulut jalangmu itu!”

Stephany tertawa ringan,”dan aku berharap kalian para perempuan tidak menyimpan bom di taplak meja payah yang kalian jadikan penutup rambut kalian.”

Sebelum stephany melanjutkan bicaranya, dia dikejutkan oleh amal yang segera menghampirinya dan menampar mulutnya.

Aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka berdua kini sedang saling jambak dan saling menyumpah satu sama lain. Persis seperti anak sekolah dasar yang memperebutkan permen. Hatiku kacau. Amal memang susah mengendalikan dirinya.

Aku menatap franklin tajam,”ini semua gara-gara kamu.”

Franklin mengangkat bahunya dan berlalu sembari bersiul payah.

******
Saat itu aku sedang berada di rumah paman adil dan bibi malak. Aku sudah berjanji untuk membantu bibi malak membuat kue dan donat di rumahnya. Nanti siang, keluarga mereka akan kedatangan tamu dari bahrain. Tentunya tamu relasi bisnis paman adil di negara asalnya itu. Oleh karena itu, sejak subuh tadi, paman adil sudah pergi untuk mempersiapkan acara nanti malam di rumahnya.

“aku harap ayah dan ibumu akan datang nanti malam.”ujar bibi malak. Sementara tangannya masih bergulat dengan adonan. Aku memberinya beberapa butir telur yang ia minta.

“aku kira mereka tidak akan bisa datang. Ayah dan ibu sudah ada janji dengan pasien mereka.” Jawabku.

Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara benturan yang sangat keras dari luar rumah. Suara itu berasal dari arah jalan di depan rumah.

“apa kau mendengarnya?”tanya bibi malak.

Aku mengangguk.

Tiba-tiba nabila muncul dari ambang pintu dengan nafas terengah-engah.”mommy! ada ferari menabrak pohon di depan!” serunya panik.

Aku dan bibi malak bersitatap dan serta merta berlari keluar. Benar apa yang dikatakan nabila. Ada sebuah mobil verari warna merah metalik menabrak pohon ek dipiggir jalan.

“ayesha! Ayo kita tolong mereka. Aku harap tidak ada korban jiwa.!” Seru bibi malak dan berlari menuju jalan tanpa mempedulikan diriku yang bengong. Aku segera mengejarnya.

Mobil itu tampak tidak terlalu rusak parah. Hanya bemper depan yang tampak penyok akibat menabrak batang pohon ek yang sekeras batu.

Bibi malak mengangguk padaku. Aku segera menghampiri pintu mobil. Namun, sebelum aku membuka pintunya, pintu itu sudah terdorong dari dalam. Seorang gadis cantik dengan mata biru keluar dengan tangan dan dahi yang berdarah. Dia tampak shock.”tolong ayahku di dalam.” Katanya lirih.

Aku segera menuju kursi kemudi. Di sana ada seorang lelaki paruh baya yang terengah-engah sembari memegang dadanya. Aku dan bibi amal segera melepaskan sabuk pengaman dan mengeluarkannya. Kemudian mendudukkannya di rumput.

“cepat hubungi rumah sakit!” perintah bibi amal. Tampa menunggu lama, aku segera menelpon pihak rumah sakit. Kalau seandainya paman adil ada di rumah, tentunya mereka berdua akan segera kami bawa ke rumah sakit dengan mobil kami.

“oke, semuanya baik-baik saja. Dalam sepuluh menit lagi mobil ambulan akan segera datang.” Aku mencoba menenangkan mereka berdua. Aku melihat gadis itu terisak menangis dan menghampiri lelaki paruh baya.”ayahku terkena serangan jantung mendadak ketika dia mengemudi.”

Lelaki paruh baya itu tanpak semakin menderita. Nafasnya semakin terengah-engah dan tampak hampir mau pingsan. Sementara dahinya penuh dengan darah. Gadis itu terus terisak-isak hingga mobil ambulan datang beberapa menit kemudian.

“ya allah...”ujarku lirih.

Terpaksa aku dan bibi malak harus menghentikan kegiatan kami di dapur. Kami berdua mengantar kedua orang malang itu ke rumah sakit.

“siapa namamu.”tanyaku kepada gadis itu. Aku ulurkan tangannya mengajak berjabat tangan.

“hermione.”jawabnya dan menatap canggung.

“malak.”bibiku mengulurkan tangannya dan gadis itu menyambut tangan bibi malak dan tersenyum lebar.

Beberapa saat kemudian gadis itu menelpon seseorang. Mungkin dia mengabari keluarganya tentang kecelakaan dan kondisi ayahnya.

“kau menghubungi keluargamu?”tanyaku lagi. Hanya untuk memecahkan keheningan.

“aku menghubungi kakak lelakiku. Aku tidak memiliki keluarga yang lengkap. Ibumu meninggal dua tahun yang lalu karena kanker payudara. Semenjak saat itu aku hanya memiliki ayah dan kakak lelakiku. Sayangnya kakaku kacau hidupnya. Sejak ibu meninggal, dia sering mabuk-mabukan dan kuliahnya tidak dia pedulikan.”

Gadis itu tampaknya butuh orang untuk mencurahkan segala kepedihannya. Dia menyeka butir-butir air mata dari pelupuk matanya.

“bulan yang lalu, ayahku mempunyai keluhan serangan sakit di bagian ulu hati dan dada secara mendadak. Dan setelah memerikasakan ke dokter, dia divonis terjangkit serangan jantung. Dia diberi obat rutin untuk dia konsumsi. Tapi tadi pagi kami berangkat terburu-buru untuk membereskan urusan kakak lelakiku di kantor polisi. Dia lupa meminum obat higga serangan jantung itu dia rasakan saat mengemudi. Dan seperti yang kalian tahu, kecelakaan itu terjadi. Andai aku bisa mengemudi, tentu ayah tidak perlu mengemudi. Aku menyesal.”

Aku hanya terdiam dan mencoba merasakan kepedihan hermione.

“tadi kau bilang kakakmu di kantor polisi.”

Wajah hermione kembali dirundung duka.”kakakku tertangkap mengedarkan narkoba di sesama temannya. Dia ditangkap dengan satu paket ganja dan mariyuana di rumah temannya. Kakakku memang kurang ajar, aku menyesal memiliki kakak seperti dia. Namanya Franklin, dia tak patut menjadi kakakku.”

Jantungku seakan berhenti berdetak. Franklin? Mudah-mudahan bukan franklin yang selama ini aku kenal selalu membuat aku dan amal jengkel. Oh, tapi apa urusanku tentang hal itu? Bukankah lebih baik frank dipenjara sehingga dia aman dari lidahnya yang jahat?

****

Tak terasa kami sudah berada di rumah sakit. Ayah hermione segera di bawa ke unit gawat darurat. Sementara kami bertiga menunggu di luar.

“hermione, mungkin kami tidak bisa menunggu lama di sini. Kami sangat menyesal tidak bisa menemanimu, ada tamu yang akan segera datang ke rumah kami.”kata bibi malak sembari memeluk hermione.”jika ada kesempatan aku akan senang mengunjungi rumahmu.”

Bibi malak melepaskan pelukannya,”dan ini kartu namaku. Jika kau ingin berkunjung ke rumahku, pintu rumahku selalu terbuka untukmu.”

Mata hermione berkaca-kaca.”aku tidak menyangka kalian sebaik itu.”ujarnya lirih.”banyak orang mengatakan muslim itu kejam. Tapi aku rasa mereka keliru. Termasuk kakakku yang kurang ajar itu.”

Nafasku seakan berhenti seketika. Benarkah kakaknya hermione membenci muslim? Bukankah dia franklin?

Belum sempat aku berpikir tiba-tiba datang seorang lelaki dengan potongan rambut cepak dan berperawakan tinggi menghampiri hermione dan memeluknya

Aku terkejut ketika melihatnya. Benar! Dia memang franklin yang selama ini selalu menggangguku dan teman-teman muslimku.

Franklin masih memeluk hermione dan berbisik,”maafkan aku hermione.”

“kau sakit frank! Kau sakit! Kau harus berjanji padaku untuk berhenti memakai mariyuana.”

Franklin hanya diam dan mengangguk lemah. Hermione melepas pelukannya.”kau harus berterima kasih mepada mereka berdua.” Ujarnya sembari menunjuk aku dan bibi malak.

Franklin mengangkat kedua alisnya dan bisa kutebak dia terkejut bukan kepalang ketika melihat aku berdiri tak jauh darinya.

“ayesha dan malak sudah menolong kami dan mengantar ayah ke sini.”lanjut hermione.

Franklin menghela nafas. Dia tampak malu ketika menatapku dan menundukan kepalanya. Kemudian menatap hermione,”bisa kau tunjukan dimana ayah.”

Hermione menunjuk ruangan diaman ayahnya berada dan franklin hendak beranjak dari hadapan kami. Tapi dia sempat menatap aku dan berkata datar,”terimakasih.”

Dan dia berlalu pergi.

Hermione tersenyum lebar,”aku janji akan mengunjungi rumahmu di lain waktu. Dan aku juga berharap kalian bisa mengunjungiku.”

Tentu.” Ujar kami hampir bersamaan. Dan hermione berlalu dari hadapan kami menyusul franklin.

Ayo kita lanjutkan,”seru bibi malak.”aku harap adonannya tidak kering. Ah! Aku menyesal tidak mengajari nabila membuat kue sejak dulu.”
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment