MAJALAH yang satu ini adalah majalah islam
nomor satu yang memuat berita islam yang tajam dan objektif. Tapi itu dulu,
ketika masa jaya-jayanya. Sekarang, majalah sabili sudah tidak ada lagi alias
sudah pased way sejak tahun 2014. Kalau saya nggak salah. Maklum, ingatan saya
kadang-kadang suka payah. Dan parahnya lagi saya males googling untuk
memperlengkap artikel saya ini.
Karena artikel ini dibuat atas dasar nostalgia
alias kenangan, maka saya ingin berbagi tentang pengalaman saya dengan majalah
yang satu ini. Saya mengenal sabili dari kakak ipar saya yang mempunyai koleksi
sabili beberapa edisi. Saya suka sekali membaca bahasan utamanya yang tajam dan
mengena. Biasanya mengangkat fakta-fakta aktual seputar islam. Sabili sering
mengangkat tema tentang berbagai hal yang pantas untuk diulas. Biasanya seputar
tentang fenomena kedzaliman terhadap muslim, kemudian sejarah islam, analisa
dan lain sebagainya. Di halaman awal ada sekitar kita yang menganalisa fenomena
sekitar. Kemudian ada juga rubrik ya robbi yang memuat kisah-kisah nyata yang
mengandung ibroh. Kemudian ada takwin yang memuat artikel renungan, rubrik
muhasabah yang mengandung perenungan terhadap fenomena yang sering terjadi,
tafakur yang mengajak pembaca untuk berpikir di halaman terakhir.
Selain itu juga ada rubrik alam islami yang
memuat berita-berita dunia islam mancanegara, plus kronik berisi rangkuman
peristiwa.
Selain itu, hal yang paling menarik dari
sabili adalah adanya lembar sisipan khusus remaja bernama ELKA alias lembar
khazanah. Rubrikasinya diantaranya, teman kita, yang memuat profil anak muda
muslim yang berprestasi, kemudian ada rubrik puisi, cerpen, KPS (Kelompok
Pembaca Sabili) yang sejak tahun 2004 ngilang, ada rubrik khusus untuk perempuan,
taktikoe, teka teki, oase,dan...ah, saya lupa.
Edisi Khusus
Kemudian, majalah sabili juga suka menerbitkan
sabili edisi spesial, tergantung momentnya. Yang pernah saya punya adalah
sabili edisi spesial berjudul “sejarah emas muslim indonesia,” kemudian ada
juga edisi pesial “islam kawan atau lawan,” dan masih banyak lagi.
Berita duka tiba, saya mendengar bahwa majalah
sabili berhenti terbit pada tahun 2014, setelah belasan tahun lamanya menemani
umat muslim indonesia. Tak berapa lama dirilis majalah “sabiliku bangkit.”
Secara kelembagaan ini adalah majalah baru dan tidak ada sangkut pautnya dengan
sabili yang sudah pased away. Tetapi kru atau staf redaksinya masih wajah-wajah
lama. Mungkin para mantan kru redaksi sabili merasa sayang jika harus
meninggalkan pembaca, sehingga menciptakan majalah baru tersebut.
Sayangnya, lagi-lagi sabiliku bangkit tidak
bisa bertahan lama.
Semoga di masa yang akan datang, ada majalah
semacam sabili yang berdiri di depan ummat untuk membela kepentingan ummat.
Sangat suka baca majalah sabili, semoga sabili bisa hadir di tengah umat menemani pembaca yg haus wawasan dan pernak pernik dunia islam. Aamiin
ReplyDeleteAmiin, semoga ada penggantinya ya pa
DeleteJadi ingat masa masa sekolah SMA sering beli majalah ini.paling suka rubrik kristologi dan hidayah (klo ga salah ingat)
ReplyDeleteIya benar, rubrik kristologi yang diampu oleh ustad abu dedat. kalo rubrik hidayah saya nggak ingat, kalo kisah di rubrik ya robbi.
DeleteMajalah politik ya, bung..!! Sebenarnya saya gak suka sih,..tapi sesekali baca. Tampak keliatan isinya fakta dunia islam, dan ini menarik. Cuman gitu, bagaimana menyikapinya.
ReplyDeleteYang jelas...saya juga salah satu pembacanya, krn saya juga aktivis organisasi. Tapi paling demen baca artikel yang ditengah 2 semisal kisah, artikel, dst.
Yang jelas kala itu majalah islam sudah menguasai dunia. Itu yang SAya banggakan...hanya misi dan visinya yang perlu ditegaskan...
Iya mas mul. Sayangnya media-media islam sekarang mulai tumbang karena tergerus zaman digital. Tidak hanya media islam saja sih, hampir seluruh media mengalami senja kala
Delete