Tafakur perjalanan hidup manusia
Mana mungkin seseorang sombong dengan ketampanan, kecantikan, kedudukan dan keturunannya. Tidakkah ia pernah berpikir bahwa dia hanya diciptakan dari air hina yang tak berharga sama sekali. Tak ada yang beda antara si cantik dan si wajah pas-pasan. Semua berasal dari bahan yang sama. Hanya takdir Tuhan yang menjadikan paras, kedudukan dan keturunannya berbeda satu sama lain. Lalu untuk apa menyombongkan diri karena semua itu. Toh itu hanya titipan Tuhan yang sewaktu-waktu bisa jadi Allah akan mencabutnya jika Ia mau. Bisa jadi si wajah rupawan bisa tercerabut ketampanannya karena sebuah kecelakaan. Bisa jadi seseorang mempunyai kedudukan, tapi Tak menutup kemungkinan Allah mencabutnya bahkan dengan cara yang memalukan. Terjerat kasus atau skandal memalukan misalnya.
Bagaimana bisa seseorang jumawa dengan perbendaharaan hartanya yang melimpah. Padahal ketika ia lahir tidak membawa apa-apa. Setiap manusia lahir dalam keadaan tak berdaya dan tak membawa sesuatu selain tangisan. Bahkan terlahir dalam keadaan telanjang. Kekayaan, rumah mewah, ladang melimpah, perhiasan tumpah ruah tak lebih dari kenikmatan kehidupan yang kita bahkan sampai tidak tahu kapan saja Allah bisa mencabutnya dari kita. Bisa jadi harta yang banyak habis untuk berobat.bisa saja rumah dan mobil mewah terbakar dan tak tersisa dalam waktu beberapa saat.
Sudah seharusnya kita menyadari hal itu sebelum Allah benar-benar mencabutnya. Sadari itu dengan rasa syukur yang semakin membumi di hati.
Bagaimana mungkin seorang merasa jumawa dengan apa yang ia miliki dan tak pernah mau berbagi dengan sesama. Toh ia tak akan pernah membawa semua yang ia miliki dan ia kuasai sampai liang lahatnya nanti selain sepotong kain putih. Lalu bagaimana mungkin ia takut harta itu habis karena berbagi empati. Padahal dia meraih kesuksesan itu tidak dengan sendirinya. Banyak peran orang lain di dalamnya.
Maka, bagaimana mungkin kita tidak berpikir tentang itu semua.
26 mei 2015
No comments:
Post a Comment