Mungkin kalian bertanya-tanya, kenapa kami membuat perkumpulan komunitas bernama IJO CABE? Panjang ceritanya.
Pertama kali yang punya ide itu adalah Ropi. Sebenarnya, dia itu anak ustadz jabir yang sangat konsisten mengisi pengajian dan dauroh ke kampung- kampung. Diantara orang-orang yang sangat kagum terhadap semangat dakwah ustadz jabir itu adalah gue. Pertama kali gue ketemu topi si anak ustadz kondang itu pas ketika masuk ke madrasah aliyah. Sebelumnya, gue nggak pernah menyangka kalo si ropi itu anaknya ustadz jabir. Tapi fakta itu baru gue temukan ketika gue ikut pengajian bulanan di masjid kampung. Ketika itu aku melihat ropi membonceng ustadz jabir.
Karena sering ketemu di kelas, gue panggil dia dan gue tanya, "kamu kerabatnya ustadz jabir ya."
Ropi nyengir kuda dan dengan enteng bilang,"dia ayah gue."
"Oo.." aku hanya ber-o memonyongkan bibir.
Setelah pertemuan itu gue sering berdiskusi dengan si topi sehabis pelajaran usai atau pada saat jam istirahat tiba. Banyak yang gue ketahui tentang islam dan dunia islam justru dari si ropi. Saat itu dia rajin banget minjemin gue majalah-majalah islam dan buku-buku islam milik babehnya. Sejak saat itu pula gue tahu ternyata pacaran alias cinta-cintaan (mau cinta sejati, cinta lokasi, cinta monyet apalagi cinta kucing) itu ternyata haram kecuali setelah ijab qobul alias merit. Ceritanya, gue sempet kaget dan hampir mau protes. Soalnya, baru dua hari yang lalu gue baru jadian sama si dedah, cewek yang udah gue incer sejak kelas satu aliyah. Apa daya, si ropi menghajarku dengan dalil- dalil shahih dan endingnya, gue nyerah dan angkat tangan. "Oke, gue percaya ama anak ustadz dari pada percaya ego sendiri."
"Gitu doong..." ujar ropi dengan senyumnya yang khas.
****
Asal lu pada tahu, sebetulnya tampang si ropi itu di atas rata-rata.
Banyak cewek-cewek (baik adik kelas, teman sekelas atau kakak kelas) mencoba mencuri perhatian si ropi yang ganteng kalem nendang sampe ke inti hati itu. Tapi ya itu, dia sangat konsisten memegang prinsip yang ia yakini. Pokoknya, gue beruntung banget punya temen kayak dia.
Kembali ke laptop! Setelah pertemananku dengan ropi berjalan dengan mulus (emang mobil!), ropi mengajakku untuk membentuk kepengurusan rohis di sekolah. Aneh binti ajaib kan, walaupun sekolah kami madrasah aliyah, tapi tak ada ROHIS di sini. Lagi pula, sekolah madrasah tidak menjamin siswa-siswanya alim cendekia semua. Alih-alih sama persis dengan sekolah kebanyakan atau bahkan lebih parah lagi. Di sekolahku udah biasa dengan yang namanya pacaran atau valentinan di tanggal 14 februari. Walaupun, -umpamanya- siswi madrasah memakai jilbab. Karena itu hanya sekedar seragam formalitas belaka. Tapi tak sedikit juga yang paham tentang islam, termasuk si ropi di dalamnya.
Awalnya pak kepsek merasa ragu dengan apa yang disarankan ropi. Tapi ropi - dengan rayuan mautnya yang najong- bisa meluluh lantakan benteng pertahanan nurani pak kepsek. Pak kepsek memberi lampu hijau untuk membentuk kepengurusan rohis. Banyak yang mendukung, banyak pula yang mencibir, ada juga yang abstain alias masa bodo yang termasuk ke dalam spesies EGP (Emang gue pikirin).
Setelah rohis jadi, ropi pun banyak mengadakan kegiatan-kegiatan keislaman di waktu yang lapang. Bahkan ada tradisi baru di sekolah kami, shalat dhuha dan tilawahan.
Sedikit demi sedikit banyak diantara teman sekelas kami yang mulai lunak hatinya dan mendukung ropi. Selain itu, ada gue, si rohim, si isa dan si asep -sebagaimana yang gue ceritain di awal tadi - siap mendukung sepak terjang ropi di garda terdepan. Otomatis, semenjak kami "jadian" sama kepengurusan rohis, langsung men-cut hubungan percintrongan kami dengan cewek-cewek yang imut punya. Sampe mewek-mewek dibuatnya.
No comments:
Post a Comment