5 Apr 2015

PENDIDIKAN KARAKTER DAN KEDISPLINAN ANAK DALAM ISLAM

Anak adalah amanah Allah yang diberikan kepada kedua orang tuanya. Menuntut adanya kesiapan dan rasa tanggung jawab sepenuh hati. Bagaimana pun juga, seorang anak adalah media estafet keilmuan dan perjuangan serta harapan dari kehidupan orang tuanya. Tak ada yang lebih membahagiakan bagi kedua orang tua selain perkembangan anak-anaknya yang sejalan dengan apa yang mereka harapkan.

Pendidikan keluarga adalah pondasi dasar pendidikan anak

Namun, dibalik semua itu, banyak orang tua yang memiliki pola pikir yang salah dalam hal mendidik anak. Banyak orang tua yang p[unya mind set bahwa pendidikan anak itu adalah tanggung jawab lembaga pendidikan (baca: sekolah). Pendidikan anak-anak sepenuhnya diberikan kepada bapak ibu guru disekolah. Padahal, pendidikan anak itu tidak cukup disekolah saja.  Kita harus menyadari, bahwa seorang anak harus cerdas dalam segala hal. Bukan hanya cerdas intelektual, tapi juga cerdas dalam spiritual, karakter dari emosional.

Tentunya sekolah tidak mungkin menjadikan anak cerdas dalam semua sisi tersebut. Bagaimana mungkin seorang guru mampu mencetak puluhan anak dengan kecerdasan yang sama dengan waktu yang terbatas? Bagaimana bisa karakter dan emosional yang positif akan terbentuk kalau hanya mengandalkan pendidikan agama dan pendidikan moral yang jam pelajarannya sangat sempit dan terbatas?

Solusi dari semua itu adalah keterlibatan orang tua dalam memperhatikan pendidikan anaknya. Tak bisa kita pungkiri, anak kita adalah bagian penentu dari akhir kehidupan kita di akhirat. Bisa jadi kita mendapat murka-Nya kelak karena tidak memperhatikan pendidikan anak kandung sendiri. Karena anak kita adalah salahsatu investasi akhirat kita.

Jika umpamanya kita bandingkan, mana yang paling urgent antara pendidikan formal di sekolah dengan pendidikan keluarga. Maka saya akan menjawabnya bahwa kedua-duanya sangat penting untuk perkembangan anak itu sendiri. Cuma, yang menjadi dasar pondasi dari pendidikan itu adalah pendidikan keluaraga di rumah. Pendidikan formal sekolah akan menjadi pelengkap kepribadiannya yang mumpuni dalam kecerdasan spiritual dan social. Disana juga anak diasah kecerdasan akademisnya: Kemampuan matematis, analisis dan tulis menulis.

Bangun pendidikan karakter melalui shalat.

“perintahkan anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)

Hadits di atas mengajarkan untuk membiasakan anak untuk shalat. Dengan adanya pembiasaan, kedisiplinan dan rasa tanggungjawab akan terbentuk di dalam pribadi anak kita. Tahapan-tahapan perintah shalat tersebut tak lain untuk mengadaptasikan pendidikan kedisiplinan secara bertahap kepada anak. Ketika mencapai umur sepuluh tahun, si anak sudah mempunyai pola pikir yang lebih luas dan tidak lagi lugu dalam menyikapi persoalan. Oleh karena itu, selain ia memahami arti penting sari shalat, tapi juga harus menegakan kedisiplinan dalam beribadah dengan memukulnya. Tentunya bukan pukulan yang melukai dan meninggalkan bekas. Apalagi memukul di area wajah. Jelas itu dilarang dalam islam.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment