Aku paling suka
membaca novel fantasi. Entah kenapa,setiap membacanya, seakan-akan otakku ikut
menjelajah alam imajinasi yang sangat liar dan tanpa batas. Walau –umpamanya-
cerita tersebut tak masuk logika. It’s oke for me.
Salahsatu novel
yang aku sukai adalah serial Harry Potter.
Sebenarnya, aku tak pernah punya kesempatan untuk bisa membaca kisah Harry Potter dari serial pertama. Hanya
satu alasannya, aku tak punya uang untuk membeli novel. Jangankan untuk membeli
novel Harry Potter yang tebalnya naudzubillah, buat makan aja susah.
Sebenarnya aku merasa iri melihat teman-temanku yang
sudah pada punya. Sudah lihat filmnya pula. Pernah sih aku membaca serial yang
ke empat dan ke lima. Saat itu, aku kebetulan sebangku dengan Asti yang baiknya
minta ampun. Dia selalu meminjamiku buku-buku koleksinya dengan sukarela. Salah
satunya dua serial Harry Potter yang
aku sebutkan tadi. Tapi, semenjak Asti pindah sekolah ke kota kecamatan, aku
benar-benar didera galau tingkat dewa. Aku tak bisa update novel-novel terbaru lagi.
Ada juga Rara,
teman sekelas yang babehnya staff pegawai walikota. Dia juga punya koleksi novel-novel
termasuk serial Harry Potter dari serial pertama hingga terakhir; The Deathly Hallows. Pas hari kemarin
juga, dengan bangganya dia menenteng serial terakhir Harry Potter dan
membacanya dengan gaya yang sangat menyebalkan. Huh! Aku tahu. Dia Cuma ingin
mamerin buku terbarunya itu.
Pernah sekali
aku mencoba meminta dia untuk sudi meminjamiku novel. Tapi dia mencibir ”Uh
kamu, gak bermodal banget sih. Otomatis aku jadi jengkel bukan alang kepalang. Sakitnya tuh disini…..
*****
“Ma, beliin Euis novel dong?” rajukku pada
emak suatu hari.
“Emak menatapku
dengan dahi berkerut. Dua alisnya seakan saling bertautan.”Novel? sejenis
makanan ya?”
Aku melongo dan
langsung menepuk jidat.”Bukan mak! Novel itu…bla…bla…bla,..”aku pun menjelaskan
pengertian novel dengan jelas dan akurat. Persis seperti definisi novel yang
aku pelajari di sekolah dalam pelajaran bahasa Indonesia.
Emak
mengangguk-anggukan kepalanya meski dengan wajah yang masih menyiratkan
kebingungan.”Mungkin sejenis dongeng ya Is?”
“iya mak.
Sama-sama cerita. Tapi bedanya, kalau novel hampir mirip-mirip sinetron atau
film.”jawabku dan tanganku membentangkan poster film harry potter yang tak
sengaja aku temuin di jalan.”Ini dia filmnya. Jilid bukunya sama cover film nggak jauh beda.”
“Berapa duit
harganya euis?”
“Enam puluh ribu
mak.”
Emakku terlonjak
kaget.”Itu mah buat beli persediaan beras untuk dua minggu atuh euis. Mana
mungkin emak bisa membeli buku semahal itu.”
“Iya mak. Euis
juga ngerti kok.”jawabku dengan pelan. kemudian diam-diam beranjak ke dalam
kamar. Menumpahkan rasa sedihku di dalam diary hitamku.
Kayaknya aku tak akan pernah dan tak akan
mungkin untuk bisa membeli novel harry potter. Biar saja.
*****
Hari itu emakku
ke pasar untuk membeli beras dan bumbu dapur. Tak lupa aku minta untuk
dibawakan kue cuhcur dan cocorot kesukaanku. Emak menyanggupi dan
menyuruh aku untuk meunggui Endah, adikku yang bandelnya nggak ketulungan selama emak ke pasar, Dua jam
kemudian emak kembali dengan wajah sumringah. Tangannya meneteng kresek hitam.
Sementara di bahunya tersampir kain yang digendongkan ke punggung. Berisi beras
dua puluh kilo.
Aku tersenyum lebar.”Emak.
mana cuhcur sama cocorotnya.”
Emak meletakan
gendongan di lantai. Tangan kurusnya menyeka keringat yang berleleran di
dahinya.”Ini. emak bawa di keresek hitam.”
“Asyiik!”seruku
dengan gembira.
Emak tersenyum.”Emak
juga punya hadiah istimewa buat kamu.”
“Apaan
mak?”tanyaku dengan keterkejutan sekaligus rasa penasaran yang tak terbendung.
Jarang-jarang emak memberiku kejutan. Tumben.
“Emak bawa novel
Herry potter buat euis.”
Bagai Guntur di
siang bolong, aku terlonjak kaget. Kegembiraan tiba-tiba menyeruak begitu saja.
Kedua bola mataku berkaca-kaca. Aku terharu.”yang bener mak? Emak beli dimana?”
“emak beli di
lapak penjual buku tulis.”jawab emak dengan begitu merdu. Ya, suara seraknya
tiba-tiba terdengar merdu semenjak aku mendengar berita membahagiakan itu.
Bahkan suara tangis endah pun terdengar seperti lantunan lagu gubahan Anggun Sasmi.
“Emang ada gitu,
novel di penjual buku tulis.”
“Ada.”jawab emak
pendek. Tangannya membuka kresek hitam yang sedari tadi teronggok di lantai.
Dia meraih sesuatu dan mengeluarkannya. Benar! Di tangannya terdapat sebuah
buku dengan sampul bertuliskan “HARRY
POTTER and the Deathly Hallows.”
Tapi beberapa
menit kemudian aku menyadari ada yang ganjil dengan buku itu. Kok seperti…tanpa
pikir panjang aku merebutnya dari pegangan tangan emak.
Aku
tercekat dan menelan ludah pahit.
Sementara emak masih dengan seyumnya yang sumringah. Tahukah kamu, ternyata itu
bukan novel Harry Potter yang
disangkakan emak. Tapi itu sebundel buku tulis bermerk KIKI dengan cover film Harry Potter. Memang antara sampul novel
dan sampul film gak jauh beda. Bedanya tipis kalau nggak boleh dibilang sama
persis. Emang kreatif banget tuh yang bikin buku tulis. Setahun yang lalu rame
memakai sampul bintang lapangan hijau. Maklum, lagi musim piala dunia
ceritanya. Dan sekarang musim film Harry Potter.
Mataku bergantian menatap buku di tanganku dan
wajah emak. Aku merasa Tak tega jika harus membuat emak bersedih hati.
Bagaimana pun juga. Emak sudah sepenuh hati mencoba membahagiakanku dan mencoba
untuk memenuhi segala harapan dan keinginanku.
Aku mencoba
menahan helaan nafas kecewa. “Makasih banyak emak! Emak baik banget deh.”ujarku
sembari memelukku.
Aku segera
berlari ke kamar dan menyimpan buku tulis itu di meja. Lumayan lah, buat
catatan PR matematika. Kebetulan buku catatan PR matematikaku udah hampir
habis.
Biodata penulis
Nama
lengkap husni mubarok. Beberapa tulisannya berupa cerpen, artikel, dan puisi
telah di muat di beberapa media seperti majalah Annida, Horison, ar-Risalah dan voa-islam.com.
Saat ini menjadi kontributor portal berita islam bersamadakwah.net
bisa
dihubungi di akun facebook; Kang Uni Mubarok, email; husnimubarok5593@gmail.com dan nomor kontak 085315675774
No comments:
Post a Comment