29 Mar 2015

BERBURU NOVEL HARRY POTTER

Aku paling suka membaca novel fantasi. Entah kenapa,setiap membacanya, seakan-akan otakku ikut menjelajah alam imajinasi yang sangat liar dan tanpa batas. Walau –umpamanya- cerita tersebut tak masuk logika. It’s oke for me.
Salahsatu novel yang aku sukai adalah serial Harry Potter. Sebenarnya, aku tak pernah punya kesempatan untuk bisa membaca kisah Harry Potter dari serial pertama. Hanya satu alasannya, aku tak punya uang untuk membeli novel. Jangankan untuk membeli novel Harry Potter yang tebalnya naudzubillah, buat makan aja susah.
Sebenarnya  aku merasa iri melihat teman-temanku yang sudah pada punya. Sudah lihat filmnya pula. Pernah sih aku membaca serial yang ke empat dan ke lima. Saat itu, aku kebetulan sebangku dengan Asti yang baiknya minta ampun. Dia selalu meminjamiku buku-buku koleksinya dengan sukarela. Salah satunya dua serial Harry Potter yang aku sebutkan tadi. Tapi, semenjak Asti pindah sekolah ke kota kecamatan, aku benar-benar didera galau tingkat dewa. Aku tak bisa update novel-novel terbaru lagi.
Ada juga Rara, teman sekelas yang babehnya staff pegawai walikota. Dia juga punya koleksi novel-novel termasuk serial Harry Potter dari serial pertama hingga terakhir; The Deathly Hallows. Pas hari kemarin juga, dengan bangganya dia menenteng serial terakhir Harry Potter dan membacanya dengan gaya yang sangat menyebalkan. Huh! Aku tahu. Dia Cuma ingin mamerin buku terbarunya itu.
Pernah sekali aku mencoba meminta dia untuk sudi meminjamiku novel. Tapi dia mencibir ”Uh kamu, gak bermodal banget sih. Otomatis aku jadi jengkel bukan alang kepalang. Sakitnya tuh disini…..
*****
“Ma, beliin Euis novel dong?” rajukku pada emak suatu hari.
“Emak menatapku dengan dahi berkerut. Dua alisnya seakan saling bertautan.”Novel? sejenis makanan ya?”
Aku melongo dan langsung menepuk jidat.”Bukan mak! Novel itu…bla…bla…bla,..”aku pun menjelaskan pengertian novel dengan jelas dan akurat. Persis seperti definisi novel yang aku pelajari di sekolah dalam pelajaran bahasa Indonesia.
Emak mengangguk-anggukan kepalanya meski dengan wajah yang masih menyiratkan kebingungan.”Mungkin sejenis dongeng ya Is?”
“iya mak. Sama-sama cerita. Tapi bedanya, kalau novel hampir mirip-mirip sinetron atau film.”jawabku dan tanganku membentangkan poster film harry potter yang tak sengaja aku temuin di jalan.”Ini dia filmnya. Jilid bukunya sama cover film nggak jauh beda.”
“Berapa duit harganya euis?”
“Enam puluh ribu mak.”
Emakku terlonjak kaget.”Itu mah buat beli persediaan beras untuk dua minggu atuh euis. Mana mungkin emak bisa membeli buku semahal itu.”
“Iya mak. Euis juga ngerti kok.”jawabku dengan pelan. kemudian diam-diam beranjak ke dalam kamar. Menumpahkan rasa sedihku di dalam diary hitamku.
Kayaknya aku tak akan pernah dan tak akan mungkin untuk bisa membeli novel harry potter. Biar saja.
*****
Hari itu emakku ke pasar untuk membeli beras dan bumbu dapur. Tak lupa aku minta untuk dibawakan kue cuhcur dan cocorot kesukaanku. Emak menyanggupi dan menyuruh aku untuk meunggui Endah, adikku yang bandelnya nggak ketulungan selama emak ke pasar, Dua jam kemudian emak kembali dengan wajah sumringah. Tangannya meneteng kresek hitam. Sementara di bahunya tersampir kain yang digendongkan ke punggung. Berisi beras dua puluh kilo.
Aku tersenyum lebar.”Emak. mana cuhcur sama cocorotnya.”
Emak meletakan gendongan di lantai. Tangan kurusnya menyeka keringat yang berleleran di dahinya.”Ini. emak bawa di keresek hitam.”
“Asyiik!”seruku dengan gembira.
Emak tersenyum.”Emak juga punya hadiah istimewa buat kamu.”
“Apaan mak?”tanyaku dengan keterkejutan sekaligus rasa penasaran yang tak terbendung. Jarang-jarang emak memberiku kejutan. Tumben.
“Emak bawa novel Herry potter buat euis.”
Bagai Guntur di siang bolong, aku terlonjak kaget. Kegembiraan tiba-tiba menyeruak begitu saja. Kedua bola mataku berkaca-kaca. Aku terharu.”yang bener mak? Emak beli dimana?”
“emak beli di lapak penjual buku tulis.”jawab emak dengan begitu merdu. Ya, suara seraknya tiba-tiba terdengar merdu semenjak aku mendengar berita membahagiakan itu. Bahkan suara tangis endah pun terdengar seperti lantunan lagu gubahan Anggun Sasmi.
“Emang ada gitu, novel di penjual buku tulis.”
“Ada.”jawab emak pendek. Tangannya membuka kresek hitam yang sedari tadi teronggok di lantai. Dia meraih sesuatu dan mengeluarkannya. Benar! Di tangannya terdapat sebuah buku dengan sampul bertuliskan “HARRY POTTER and the Deathly Hallows.”
Tapi beberapa menit kemudian aku menyadari ada yang ganjil dengan buku itu. Kok seperti…tanpa pikir panjang aku merebutnya dari pegangan tangan emak.
Aku tercekat  dan menelan ludah pahit. Sementara emak masih dengan seyumnya yang sumringah. Tahukah kamu, ternyata itu bukan novel Harry Potter yang disangkakan emak. Tapi itu sebundel buku tulis bermerk KIKI dengan cover film Harry Potter. Memang antara sampul novel dan sampul film gak jauh beda. Bedanya tipis kalau nggak boleh dibilang sama persis. Emang kreatif banget tuh yang bikin buku tulis. Setahun yang lalu rame memakai sampul bintang lapangan hijau. Maklum, lagi musim piala dunia ceritanya. Dan sekarang musim film Harry Potter.
 Mataku bergantian menatap buku di tanganku dan wajah emak. Aku merasa Tak tega jika harus membuat emak bersedih hati. Bagaimana pun juga. Emak sudah sepenuh hati mencoba membahagiakanku dan mencoba untuk memenuhi segala harapan dan keinginanku.
Aku mencoba menahan helaan nafas kecewa. “Makasih banyak emak! Emak baik banget deh.”ujarku sembari memelukku.
Aku segera berlari ke kamar dan menyimpan buku tulis itu di meja. Lumayan lah, buat catatan PR matematika. Kebetulan buku catatan PR matematikaku udah hampir habis.

Biodata penulis
Nama lengkap husni mubarok. Beberapa tulisannya berupa cerpen, artikel, dan puisi telah di muat di beberapa media seperti majalah Annida, Horison, ar-Risalah dan voa-islam.com. Saat ini menjadi kontributor portal berita islam bersamadakwah.net
bisa dihubungi di akun facebook; Kang Uni Mubarok, email; husnimubarok5593@gmail.com dan nomor kontak 085315675774





Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment