11 Feb 2015

Semangat Dakwah dari Mas Gagah


Tak pernah terpikirkan olehku bahwa aku akan menempuh satu jalan yang tak pernah aku duga sebelumnya. Jalan yang memerlukan adanya kesabaran dan tekad yang kuat untuk bisa menghadapinya. Tak pernah ada kata menyerah dan keluh kesah ketika menyusurinya. Karena ketawakalan dan taqwa sudahlah cukup untuk meredam semua kesulitan itu. Berganti asa demi asa dan penghambaan yang begitu purna. Ya, jalan dakwah. Jalan yang telah membawaku pada pemaknaan hidup yang begitu agung dan penuh warna.
Berawal dari sebuah buku fiksi “Ketika Mas Gagah Pergi”
Sebelumnya aku tak mengenal jalan dakwah. Aku tak pernah memikirkan apa dan bagaimana dakwah. Bagaimana wajibnya dakwah –ammar ma’ruf nahi munkar-- bagi seorang muslim.
Jangan menyangka aku seorang yang awam terhadap ilmu agama. Jangan pula kau menganggap keluargaku adalah keluarga islam abangan atau keluarga islam KTP atau apalah itu namanya. Sebenarnya aku terlahir dari keluarga yang lumayan agamis dan orang tuaku sangat memperhatikan pendidikan agama anak-anaknya. Makanya, kami –anak-anaknya- semenjak kecil sudah diajarkan baca tulis al-quran dan ritual-ritual ibadah lainnya. Aku cukup paham dengan ilmu-ilmu fiqih yang kupelajari di pengajian dan bangku madrasah. Aku paham dengan ilmu-ilmu aqidah dan nahwu karena itu adalah pelajaran wajibku selama belajar di madrasah.
Suatu hari di pertengahan tahun 2005, aku tanpa sengaja menemukan sebuah buku di meja ruang tamuku dengan judul “Ketika Mas Gagah Pergi.” Saat kutanyakan kepada ibuku, dia bilang itu buku punya sepupuku. Dua kejutan sekaligus. Kejutan pertama, sepupuku Abdullah berkunjung dari Tangerang. Aku sudah kangen kepadanya karena sudah hampir setahun lebih dia tak berkunjung ke kampungku. Kejutan kedua, tentu saja oleh-oleh yang selalu dia bawa saat berkunjung ke rumahku. Bukan hanya kue-kue dan penganan enak. Tapi juga berbundel-bundel majalah dan buku yang selalu dia bawa khusus untukku.
Aku segera menghampiri ibuku yang saat itu sibuk di dapur dan menanyakan diamana Abdullah. Ibu bilang dia sedang bermain ke teman-teman semasa SDnya dulu. Asal tahu saja, Abdullah menempuh sekolah dasarnya di kampungku. Dulu dia tinggal di rumah nenekku. Tapi semenjak nenek meninggal, paman Ii, ayah Abdullah mengajak Abdullah kembali ke kota tangerang bareng kakek yang saat itu lagi masa sedih-sedihnya ditinggal nenek.
Sambil menunggu si Abdullah pulang, aku beranjak ke kamarku dan ternyata dugaanku benar. Kini Abdullah membawa setumpuk buku untukku. Tapi buku yang dibawanya sekarang berbeda dengan buku-buku yang biasa dia kasih dulu. Semuanya buku-buku dan majalah islam. Walah….mentang-mentang aku sekolah di madrasah ya. Padahal dia biasanya membawa novel-novel teentlit dan novel pop metropolitan. Atau paling tidak, komik-komik manga plus majalah remaja ibu kota. Lah ini, yang ia bawa majalah islam dan buku-buku remaja islam. Oke lah, itu juga oke punya.
Aku kembali ke ruang tamu dan mulai membaca buku eh, novel berjudul Ketika Mas Gagah Pergi yang pertama kupegang tadi. Aku mengikuti alur ceritanya dan sumpah deh, baru pertama kalinya aku baca buku fiksi islam setelah bertahun-tahun tercekoki novel-novel teentlit dan komik jepang.
Memang aku sudah tidak asing dengan wajibnya nutup aurat dan shalat atau mendaras qur’an. Tapi aku baru ngeh tentang dakwah atau wajibnya dakwah dari tokoh Mas Gagah. Aku baru menyadari islam yang kaffah dari Mas Gagah. Oh My God, kemana aja aku selama ini? Aku baru tahu haramnya pacaran, menundukan pandangan dengan sesama jenis, haramnya musik dan sunnahnya celana ngatung dan jenggot secara tidak langsung dari buku Ketika Mas Gagah Pergi. Memang disana tidak ada doktrin ini itu, tidak ada dalil-dalil qur’an dan hadits. Tapi apa yang dikatakan sang tokoh bernama mas gagah menyiratkan hal itu. Tindak tanduk mas gagah mencontohkan betapa sempurnanya islam.
Saat aku selesai membacanya aku masih blank .Makanya pas Abdullah datang, aku tanyakan semua hal yang secara tidak langung aku dapatkan dari novel itu. Abdullah Cuma tersenyum dan memintaku untuk membaca semua buku dan majalah yang dibawanya.
Aku berani bertaruh,  teman-temanku  di madrasah tak pernah  mendengar tentang haramnya pacaran. Karena sebagian besar mereka berpacaran walau tidak terlalu berlebihan. Mereka juga tak pernah mendengar nasyid-nasyid. Alih-alih teman laki-lakiku kebanyakan suka band-band dengan lagu cinta, patah hati, galau aduh…pokoknya seputar itu lah.
Saat itu juga aku berusaha untuk mempelajari islam dengan sempurna. Selama ini aku hanya mempelajari islam secara tekstual dan dogma. Selama ini aku hanya mengenal islam sebagai agama ritual tho. Aku belajar betapa islam menjunjung dakwah alias mengajak kepada kebenaran dari buku pertama yang saya baca; ketika mas gagah pergi. Dan setelah itu secara intens membaca buku-buku salaf dan dakwah dari sepupuku.
Alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah yang Maha Kuasa. Dia telah memperkenalkanku kepada jalan dakwah ini. Beberapa minggu setelah berkenalan dengan “mas gagah” aku benar-benar hijrah. Pola pikirku sudah tak sejumud dulu. Dan yang paling penting, aku ingin meneladani sosok Mas Gagah. aku ingin berdakwah seperti ia berdakwah kepada keluarganya. Tapi tentu saja kasusku beda dengan mas gagah. kalau umpamanya tokoh mas gagah berupaya untuk menghijrahkan keluarganya, berupaya supaya adiknya yang tomboy berhijab dan supaya keluarganya mengenal islam secara purna, maka aku tak seperti itu. Lha, ibu dan kedua kakak perempuanku berjilbab rapat. Apalagi kami juga sering menghadiri pengajian-pengajian di mushola dan masjid kampong. Maka aku punya misi; menjadi Mas Gagah di sekolahku.
BISMILLAH…….JRENG!!! MISI DI MULAI!
Awal juli aku sudah kembali ke sekolah. Saat itu aku menginjak kelas dua madrasah aliyah. Dan tentunya ada yang beda dengan hari pertamaku ini. Celanaku sudah ngatung di atas mata kaki. Seminggu yang lalu aku sudah memotong kedua celana seragamku di tukang jahit dekat rumahku. Tentunya hal ini tidak menciptakan kehebohan walaupun kadang ada yang tersenyum simpul melihat celana ngatungku.
Secara aku yang dikenal sebagai kutu buku dan aktif nulis di saentoro sekolah, maka aku ditunjuk menjadi redaktur mading sekolah. Di otakku sudah ku konsep bagaimana mas gagah ini harus memanfaatkan mading sebagai lahan dakwah. Tanpa ba bi bu, aku langsung membentuk dewan anggota mading dan minggu kedua mading sudah mejeng dengan konten yang berbeda. Mayoritas pembaca terlongok melihat mading hasil racikan mas gagah husni. Disana mereka tak menemukan lagi tips-tips buat para jomblo supaya dapet gebetan, tak ditampilin lagi berita-berita heboh para artis dari mulai artis local sampai internasional, tak dipajang lagi puisi-puisi dan cerpen cinta yang bikin hati berdebar-debar. Para penulis amatiran yang biasa memberikan sumbangsih tulisan dan ilustrasi pada protes karena tulisan mereka tidak dimuat seperti biasanya. Padahal mereka berani bertaruh bahwa bahasa mereka bagus dan nyastra banget. No way, aku tetep mempertahankan apa yang aku mau. Alhamdulillah tidak sedikit yang mendukungku.
Di mading itu aku rutin menempel tulisan-tulisan yang berwawasan islam. dari mulai berita palestina dan dunia islam lainnya, cerpen dan puisi islam dan tentunya tulisan berseri tentang HARAMNYA PACARAN! Yeah, walau pun sebagian besar tulisan adalah hasil copas dari majalah-majalah remaja islam. mengingat, semua contributor yang dulu biasa rajin nulis puisi dan ilustrasi hedonis tak pernah aku kasih ruang. Hasilnya mereka jera untukmenulis. Walau ada juga beberapa orang yang ingin nulis dengan tema yang kugulirkan.
Asli! Teman-temanku pada melongok tak karu-karuan. Bermacam-macam respon mereka. Ada yang bilang aku ini sok suci, ada yang bilang aku ini bisa seenaknya bilang pacaran haram karena dah lama ngejomblo dan nggak laku. Halaaah…separah itu. Tapi tak sedikit yang berkesan dan memuji semua sepak terjangku meski mayoritas masih belum meninggalkan pacaran. Istilahnya udah nyadar tapi nggak sadar.Waks gubraksss/,,,,
Akhir kalam, aku hanya bisa ngucapin makasih buat:
Sepupuku Abdullah yang memotivasiku dengan buku-buku kirimannya.
Buat mbak helvi tiana rosa yang mengenalkanku pada dakwah dengan tokoh mas gagahnya.
Nama : Husni Mubarok
Alamat lengkap : Jl. Bandung Blok A No. 140 Perum Kotabaru Cibeureum, Tasikmalaya
                             Kode pos  46196
Contact :  085315675774
Email : husnimubarok5593@gmail.com

No rekening : 900-00-1172370-8 an irham Darul Qutni ( Bank Mandiri)
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment