Tak pernah terpikirkan
olehku bahwa aku akan menempuh satu jalan yang tak pernah aku duga sebelumnya.
Jalan yang memerlukan adanya kesabaran dan tekad yang kuat untuk bisa
menghadapinya. Tak pernah ada kata menyerah dan keluh kesah ketika
menyusurinya. Karena ketawakalan dan taqwa sudahlah cukup untuk meredam semua
kesulitan itu. Berganti asa demi asa dan penghambaan yang begitu purna. Ya,
jalan dakwah. Jalan yang telah membawaku pada pemaknaan hidup yang begitu agung
dan penuh warna.
Berawal
dari sebuah buku fiksi “Ketika Mas Gagah Pergi”
Sebelumnya aku tak
mengenal jalan dakwah. Aku tak pernah memikirkan apa dan bagaimana dakwah.
Bagaimana wajibnya dakwah –ammar ma’ruf nahi munkar-- bagi seorang muslim.
Jangan menyangka aku
seorang yang awam terhadap ilmu agama. Jangan pula kau menganggap keluargaku
adalah keluarga islam abangan atau keluarga islam KTP atau apalah itu namanya.
Sebenarnya aku terlahir dari keluarga yang lumayan agamis dan orang tuaku
sangat memperhatikan pendidikan agama anak-anaknya. Makanya, kami
–anak-anaknya- semenjak kecil sudah diajarkan baca tulis al-quran dan
ritual-ritual ibadah lainnya. Aku cukup paham dengan ilmu-ilmu fiqih yang
kupelajari di pengajian dan bangku madrasah. Aku paham dengan ilmu-ilmu aqidah
dan nahwu karena itu adalah pelajaran wajibku selama belajar di madrasah.
Suatu hari di
pertengahan tahun 2005, aku tanpa sengaja menemukan sebuah buku di meja ruang
tamuku dengan judul “Ketika Mas Gagah
Pergi.” Saat kutanyakan kepada ibuku, dia bilang itu buku punya sepupuku.
Dua kejutan sekaligus. Kejutan pertama, sepupuku Abdullah berkunjung dari Tangerang.
Aku sudah kangen kepadanya karena sudah hampir setahun lebih dia tak berkunjung
ke kampungku. Kejutan kedua, tentu saja oleh-oleh yang selalu dia bawa saat
berkunjung ke rumahku. Bukan hanya kue-kue dan penganan enak. Tapi juga
berbundel-bundel majalah dan buku yang selalu dia bawa khusus untukku.
Aku segera menghampiri
ibuku yang saat itu sibuk di dapur dan menanyakan diamana Abdullah. Ibu bilang
dia sedang bermain ke teman-teman semasa SDnya dulu. Asal tahu saja, Abdullah
menempuh sekolah dasarnya di kampungku. Dulu dia tinggal di rumah nenekku. Tapi
semenjak nenek meninggal, paman Ii, ayah Abdullah mengajak Abdullah kembali ke
kota tangerang bareng kakek yang saat itu lagi masa sedih-sedihnya ditinggal
nenek.
Sambil menunggu si
Abdullah pulang, aku beranjak ke kamarku dan ternyata dugaanku benar. Kini
Abdullah membawa setumpuk buku untukku. Tapi buku yang dibawanya sekarang
berbeda dengan buku-buku yang biasa dia kasih dulu. Semuanya buku-buku dan
majalah islam. Walah….mentang-mentang aku sekolah di madrasah ya. Padahal dia
biasanya membawa novel-novel teentlit dan novel pop metropolitan. Atau paling
tidak, komik-komik manga plus majalah remaja ibu kota. Lah ini, yang ia bawa
majalah islam dan buku-buku remaja islam. Oke lah, itu juga oke punya.
Aku kembali ke ruang
tamu dan mulai membaca buku eh, novel berjudul Ketika Mas Gagah Pergi yang pertama kupegang tadi. Aku mengikuti
alur ceritanya dan sumpah deh, baru pertama kalinya aku baca buku fiksi islam
setelah bertahun-tahun tercekoki novel-novel teentlit dan komik jepang.
Memang aku sudah tidak
asing dengan wajibnya nutup aurat dan shalat atau mendaras qur’an. Tapi aku
baru ngeh tentang dakwah atau
wajibnya dakwah dari tokoh Mas Gagah. Aku baru menyadari islam yang kaffah dari
Mas Gagah. Oh My God, kemana aja aku selama ini? Aku baru tahu haramnya
pacaran, menundukan pandangan dengan sesama jenis, haramnya musik dan sunnahnya
celana ngatung dan jenggot secara
tidak langsung dari buku Ketika Mas Gagah Pergi. Memang disana tidak ada
doktrin ini itu, tidak ada dalil-dalil qur’an dan hadits. Tapi apa yang
dikatakan sang tokoh bernama mas gagah menyiratkan hal itu. Tindak tanduk mas
gagah mencontohkan betapa sempurnanya islam.
Saat aku selesai
membacanya aku masih blank .Makanya
pas Abdullah datang, aku tanyakan semua hal yang secara tidak langung aku
dapatkan dari novel itu. Abdullah Cuma tersenyum dan memintaku untuk membaca
semua buku dan majalah yang dibawanya.
Aku berani
bertaruh, teman-temanku di madrasah tak pernah mendengar tentang haramnya pacaran. Karena
sebagian besar mereka berpacaran walau tidak terlalu berlebihan. Mereka juga
tak pernah mendengar nasyid-nasyid. Alih-alih teman laki-lakiku kebanyakan suka
band-band dengan lagu cinta, patah hati, galau aduh…pokoknya seputar itu lah.
Saat itu juga aku
berusaha untuk mempelajari islam dengan sempurna. Selama ini aku hanya
mempelajari islam secara tekstual dan dogma. Selama ini aku hanya mengenal
islam sebagai agama ritual tho. Aku belajar betapa islam menjunjung dakwah
alias mengajak kepada kebenaran dari buku pertama yang saya baca; ketika mas
gagah pergi. Dan setelah itu secara intens membaca buku-buku salaf dan dakwah
dari sepupuku.
Alhamdulillah, aku
bersyukur kepada Allah yang Maha Kuasa. Dia telah memperkenalkanku kepada jalan
dakwah ini. Beberapa minggu setelah berkenalan dengan “mas gagah” aku
benar-benar hijrah. Pola pikirku sudah tak sejumud dulu. Dan yang paling
penting, aku ingin meneladani sosok Mas Gagah. aku ingin berdakwah seperti ia
berdakwah kepada keluarganya. Tapi tentu saja kasusku beda dengan mas gagah.
kalau umpamanya tokoh mas gagah berupaya untuk menghijrahkan keluarganya, berupaya supaya adiknya yang tomboy berhijab
dan supaya keluarganya mengenal islam secara purna, maka aku tak seperti itu.
Lha, ibu dan kedua kakak perempuanku berjilbab rapat. Apalagi kami juga sering
menghadiri pengajian-pengajian di mushola dan masjid kampong. Maka aku punya
misi; menjadi Mas Gagah di sekolahku.
BISMILLAH…….JRENG!!!
MISI DI MULAI!
Awal juli aku sudah
kembali ke sekolah. Saat itu aku menginjak kelas dua madrasah aliyah. Dan
tentunya ada yang beda dengan hari pertamaku ini. Celanaku sudah ngatung di
atas mata kaki. Seminggu yang lalu aku sudah memotong kedua celana seragamku di
tukang jahit dekat rumahku. Tentunya hal ini tidak menciptakan kehebohan
walaupun kadang ada yang tersenyum simpul melihat celana ngatungku.
Secara aku yang dikenal
sebagai kutu buku dan aktif nulis di saentoro sekolah, maka aku ditunjuk
menjadi redaktur mading sekolah. Di otakku sudah ku konsep bagaimana mas gagah
ini harus memanfaatkan mading sebagai lahan dakwah. Tanpa ba bi bu, aku
langsung membentuk dewan anggota mading dan minggu kedua mading sudah mejeng
dengan konten yang berbeda. Mayoritas pembaca terlongok melihat mading hasil
racikan mas gagah husni. Disana mereka tak menemukan lagi tips-tips buat para
jomblo supaya dapet gebetan, tak ditampilin lagi berita-berita heboh para artis
dari mulai artis local sampai internasional, tak dipajang lagi puisi-puisi dan
cerpen cinta yang bikin hati berdebar-debar. Para penulis amatiran yang biasa
memberikan sumbangsih tulisan dan ilustrasi pada protes karena tulisan mereka
tidak dimuat seperti biasanya. Padahal mereka berani bertaruh bahwa bahasa
mereka bagus dan nyastra banget. No way, aku tetep mempertahankan apa yang aku
mau. Alhamdulillah tidak sedikit yang mendukungku.
Di mading itu aku rutin
menempel tulisan-tulisan yang berwawasan islam. dari mulai berita palestina dan
dunia islam lainnya, cerpen dan puisi islam dan tentunya tulisan berseri
tentang HARAMNYA PACARAN! Yeah, walau pun sebagian besar tulisan adalah hasil
copas dari majalah-majalah remaja islam. mengingat, semua contributor yang dulu
biasa rajin nulis puisi dan ilustrasi hedonis tak pernah aku kasih ruang.
Hasilnya mereka jera untukmenulis. Walau ada juga beberapa orang yang ingin
nulis dengan tema yang kugulirkan.
Asli! Teman-temanku
pada melongok tak karu-karuan. Bermacam-macam respon mereka. Ada yang bilang
aku ini sok suci, ada yang bilang aku ini bisa seenaknya bilang pacaran haram
karena dah lama ngejomblo dan nggak laku. Halaaah…separah itu. Tapi tak sedikit
yang berkesan dan memuji semua sepak terjangku meski mayoritas masih belum meninggalkan
pacaran. Istilahnya udah nyadar tapi nggak sadar.Waks gubraksss/,,,,
Akhir kalam, aku hanya
bisa ngucapin makasih buat:
Sepupuku Abdullah yang
memotivasiku dengan buku-buku kirimannya.
Buat mbak helvi tiana
rosa yang mengenalkanku pada dakwah dengan tokoh mas gagahnya.
Nama : Husni Mubarok
Alamat lengkap : Jl.
Bandung Blok A No. 140 Perum Kotabaru Cibeureum, Tasikmalaya
Kode pos 46196
Contact : 085315675774
Email :
husnimubarok5593@gmail.com
No rekening : 900-00-1172370-8
an irham Darul Qutni ( Bank Mandiri)
No comments:
Post a Comment