20 Jan 2015

Sikap Bijak Hidup Berteknologi (Bagian Satu) By: Husni Mubarok



dengan berkembangnya industry teknologi dan pengetahuan semakin mempermudah segala aktifitas kehidupan manusia. Dan itu merambah di segala bidang kehidupan dan segala medan-medan yang sangat vital bagi prikehidupan manusia. Bukan hanya pengetahuan,politik, budaya dan  pendidikan yang dipengaruhi, bahkan tatanan kehidupan rumahtangga dan keluarga pun telah diwarnai oleh tatana an prikehidupan yang baru dan lebih maju. Tatanan kehidupan modern semakin membuat segalanya menjadi serba instan dan serba simple. Disadari atau tidak, hal itu membentuk budaya baru yang lebih maju. Tapi tidak menutup kemungkunan di tengah kemajuan dan keserba mudahan itu menyimpan  kekhawatiran  pergeseakan sekaligus pergeseran budaya yang rawan. Maka siapa yang akan menjamin budaya local yang identik dengan budaya ketimuran akan terkikis secara perlahan dan tanpa disadari akan membuat kita semakin asing dengan identitas kita sendiri. Kita semakin bangga dengan gaya hidup dan pola yang lebih menjamin kita untuk hidup eksis. Karena menganggap kehidupan yang selama ini kita jalani telah kuno dan terkesan konservatif.
Budaya teknologi semakin merambah ke berbagai lapisan masyarakat pada umumnya. Jkla pada priode belasan tahun kebelakang hanya kalangan menengah ke atas yang bisa menikmati hidup berteknologi. Tapi seiring kemajuan yang semakin kentara teknologi dapat diakseas dengan mudah dan terjangkau oleh kantong masyarakat “level bawah”, bahkan bisa dinikmati dengan gratis sekalipun. Saya ambil contoh ; belasan tahun kebelakang orang-orang asing dengan istilah internet. Tapi sekarang denyut hidup kita seakan tak terpisah dengan internet yang bisa dikatakan murah meriah dan setiap orang bisa mengaksesnya. Dari kalangan kaum berdasi, ibu rumah tangga, anak-anak,pengusaha, atau bahkan pengangguran sekalipun semakin kesengsem dengan  internet.
  teknologi semakin mesra berbaur dengan masyarakat dan bukan hal yang tabu untuk masa sekarang ini. Di tengah budaya yang serba permisif, teknologi menampakan taringnya dan mencoba menghembuskan eksistensi yang serba  wah, khususnya bagi kalangan kawula muda kita. Membentuk mereka dengan pola hidup yamng baru. Pola hidup teknologi.
Dengan boomingnya budaya teknologi pasca priode millennium ini, kita semakin  berada dia atas angin dan benar-benar menajdi makhluk dengan eksistensi yang utuh dan berperadaban tinggi. Namun ternyata hal itu menyimpan berbagai misteri yang tak terbantahkan sekaligus mengkhawatirkan, setidaknya ini menurut para praktisi di segala bidang.
 Mereka  khawatir akan pergeseran nilai-nilai ketimuran yang identik dengan religuitas yang tinggi. Perlahan kita bisa melihat budaya religuitas itu semakin terkungkung oleh budaya permisif. Kita tak lagi tabu dengan hal itu, kita mulai tercekoki dengan segala tetek bengek permasalahan kehidupan baru kita dan kita akan berkata .”ah, itu sudah biasa. Jaman kan sudah berubah dan pasti berevolusi tanpa diminta sekalipun.”
‘misteri teknologi memang membingungkan karena kita sudah hidup denga denyutnya yang semakin mengkristal dan menjadi urat nadi kehidupan. Disamping memang teknologi telah menyumbangkan beribu-ribu manfaat terhadap hidup kita--sudah seharusnya kita tak melupakan hal itu dan patut bersyukur dengan anugerah teknologi yang telah diberikan Tuhan kepada kita--, kita juga harus melek dengan segala sisi dan sudut pandang yang berbeda. Ada istilah ‘ tidak ada yang sempurna’ memang benar adanya. Kita harus bijak berprikehidupan bersama teknologi dan lebis selektif dengan budaya permisif yang  kadung diusung oleh media yang tentu saja beroriaentasi teknologi. Kita bukan bermaksud menggugat teknologi yang bagaimanapun juga telah menjadi sarana kemudahan sekaligus peradaban yang lebih bermartabat. Tapi  kita dituntut untuk bersikap lebih dewasa sebagai bentuk rasa syukur kita terhadap tuhan yang memberi anugerah teknologi.
Pada bagiannya nanti kita menjadi insane berteknologi atanpa melupakan identitas kita yang sebenarnya. Kita buktikan bahwa kita bisa hidup lebih berperadaban tanpa menjual nilai-nilai religuitas kita yang telah menjadi trademark  sepanjang riwayat hidup orang timur pada umumnya. Dan sudah saatnya kita tidak lagi tercekoki dengan jargon-jargon toleransi ala liberalism dan kebebasan ala kaum permisifme, yang memang sejatinya bukan bagian dari budaya kita.tinggal bagaimana kita dituntut untuk bergerak ke arah itu dengan kesadaran kita yang seutuhnya. Tak lain untuk memnyelamatkan generasi bangsa kita dari dekadensi moral yang  semakin berembus kuat dan tak terbendung di jaman globalisasi ini. Dan muara dari semua ketimpangan itu adalah  salah kaprah dalam menggunakan teknologi.
Tak menutup kemungkinan kita menjadi ponir  dalam pembangunan peradaban yang menuntut dedikasi yang tinggi. Bukan sekedar dedikasi dalam hal intelektual, tapi juga pionir sekaligus mengerahkan segala kemampuan untuk membangun peradaban berpondasi keimanan yang kokoh. Maka spiritualitaslah yang akan menjadikan intelektualitas kita mempunyai makna yang sesungguhnya. Dan tentunya kita dituntut untuk piawai dalam berteknologi sekaligus informasi sebagai atmosfer denyut peradaban yang bermartabat di tengah persaingan yang semakin melambung hingga ‘’level tinggi,”
mahasiswa ABQI ( Akademi Bahasa al Qur'an dan Informatika ).
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment