PENYESALAN
Kesadaran apakah yang begitu dating secara tiba-tiba
Menghentakaku;memanggilku dengan sepenuh rindu
Mengirim pesan-pesan yang sarat keagungan
Dalam lelehan cinta yang semakin melebar
Dan;
Di dalam sujud dan tangis penyesalanku
Kuakui; aku masih merindukan dan mengharapkan-Mu
Kucoba tuk kenali wajah-Mu yang masih kelabu
Tertutup kabut kefasikanku
Yang sekian lama menjeratku dan berusaha mematikan
sinyal-sinyal keimanan
Kemudian aku mencoba tuk mengenali-Mu
Dari sisa-sisa rindu
Izinkanlah aku membaui kesucian-Mu
Dalam sepenggal asaku
Seperti musim yang Lalu
---
SAJAK MALAIKAT
Malaikat-malaikat-Nya
Bertasbih dalam segenap kepatuhan
Memuji sang Pemilik Kesucian
Dalam keagungan asma-Nya
Malaikat-malaikat pemikul arasy-Nya
Malaikat penyampai wahyu
Malaikat peniup sangkakala pertama dan kedua
Malaikat pencabut ruh
Yang mencabut dengan lembut dengan seyum tulus
Yang mencabut dengan keras tanpa belas
Malaikat,
Hamba dari nur yang dicipta dengan segenap pengabdian
Tiada nafsu yang mengekang kesucian
Malaikat,
Pasukan langit yang turun
Di medan badar bertempur
Kalahkan pasukan kufur
Padaherang, senin sore 12 desember 2011
---
PASRAH PADAMU
Badai luka menghempasmu di semua cuaca
Membawamu pada keterasingan dan terenggutlah semua asa dan
bahagia
Dan kau tetap masih menggenggam bara cinta
Untuk kau bawa kepada-Nya
Terali derita menghimpit hatimu
Hingga senyummu semakin memudar
Tapi asamu terus berpendar di setiap penjuru rindu
Hingga tertatih menahan pedih
Hingga meringis dalam tangis
Hingga termangu di episode pilu
Jiwamu tetap pasrah kepada Pemilik mu
Rabu sore, 18-04-2012
---
MENGEJA WAKTU
Waktu adalah jarum jam
Yang menusuk usiaku
Hingga senja seperti darah
Kembali memerah
Sore adalah ujung waktu
Ketika kau berada di ruang tunggu
Sampai maut menjemputmu
Ketika waktu mengenal cumbu
Mengecup usiaku di langit batu
Aku tetap tergugu di ruang tunggu
Mengeja waktu
Padaherang, 15 april 2012
---
PUING-PUING HITAM
Terlelap di puing-puing hitam
Malammu semakin padam
Lalu gelap menciummu dengan begitu kasar
Hingga cakar-cakar maut mendekap tajam
Bulan kelabu, aku tenggelam dan basah
Pintu-pintu menghadapku
Pada episode kematian
Di hari yang lain
Aku memandangmu
Seperti batu yang terlelap
Di puing puing hitam itu
---
ILUSI
Aku melihat bulan dan bintang
Sedang terbujur kelu
Dan usia bercerai dengan waktu
Kemudian yang tersisa hanya puing-puing asa
Matahari tinggal mimpi
Membentuk sisa-sisa cahaya
Dalam sebuah ilusi
Tiada tepi
Tiada henti
Padaherang, kamis pagi 19 april 2012
---
PESISIR SENJA
1
Senantiasa kubaca
Alunan irama di sayap samudera
Lalu kucari asa di sekeping baskara
Sia-sia;
Melayang-layang di segala bumantara
Dan pergantian cuaca
Menghantarku ke haribaan pesisir senja
2
Dan aku masih bergurau dengan camar
Memapah satu kealfaan
Sementara ombak masih tetap mencumbu samudera
Di pesisir senja
---
DI TEPI TELAGA
Pagi masih menggigil menanti cahaya
Embun enggan beranjak dari daun beku
Kabut turun membungkus segalanya
Sampai perahu di tepian telaga
Angin semilir seperti jejaknya yang kemarin pula
Membawa dingin udara
Lalu daun-daun luruh dari ujung ranitngnya
Di awal pagi pula
Langit yang secerah kenangan
Biru merenangi setiap sudut bumantara
Mengoyak redup malam di awa subuh
Luruh bersama riuh
Padaherang, 15 juni 2012
---
EPISODE RINDU
Hujan semakin menjadi
Di awal sepenggal malamku yang kelabu
Membawa sepihan-serpihan mimpi
Membasuh luka rindu
Lalu kau tersenyum di sudut sana
Di sudut hatiku; di dalam mimpiku
Episode-episode rindu
Kurangkai dalam lembar harapan yang tak memudar
Semakin mengembang
Tapi sayang;
Rindu membusuk tercabik sang waktu
Maka aku semakin tergugu
Mengenggam sisa-sisa rindu
Di dalam serpihan mimpi
Di dalam dekapan sepi
05 april 2012
Di penjara suci
---
MENGAIL CINTA
Aku mengail kepingan cinta
Di dasar telaga hati
Namun aku tak mendapatkannya secara sempurna
Selain sakit yang tak terperi; kian menjadi
Aku mengail kepingan cinta
Namun mata kailku tersangkut serpihan pilu
---
TIADA KATA
Kucoba menafsirkan tatapmu
Bilakan ada bisikan rahasia
Manifestasi seluruh asa
Tapi, sayang tiada kata
Kucoba mengirim bingkai rindu ke kedalaman hatimu
Bilakah ada bisikan asa
Ilusi setiap kasih yangbegitu purna
Tapi sayang, tiada kata
Kucoba untuk mengeja cinta di hatimu
Adalah kejujuran di sana
Ketika waktu semakin tiada batasnya
Tapi sayang, tiada kata.
---
SAJAK RINDU
(untuk saudaraku fikri, bacalah dengan sepenuh hati)
Gelegak gelisah membawaku
Pada asa yang meminang lara
Lalu menulis sajak rindu yang perlahan membeku
Sebelum sampai penuh cerita
Rembulan lebur di langit mimpi
Mengiris sinyal-sinyal rindu
Hingga tak sampai aku menulis lagi
Sajak rindu perlahan membeku
Biarlah aku gigil dalam mimpi
Hingga lara simbah sunyi
Lalu langit kelabu mulai mendaras hujan
Hingga banjir rindu menghanyutkan;
Kegalauan
2012
No comments:
Post a Comment