10 Jan 2015

Nurani yang Terkoyak >>> Part 06


Nurani terbangun dari tidurnya yang pulas. Badannya terasa kaku. Dia belum terbiasa tidur dengan kasur busa yang super empuk itu. Ia bangkit dari tempat tidur dan menggeliatkan badannya,meregangkan persendian dan segera beranjak menuju kamar mandi. Kalau di kampung ia tak pernah berani mandi di waktu subuh. Biasanya ia akan mandi jika selesai mencuci atau kita-kira jam delapan lebih. Beda dengan Jakarta, dari kemarin sore ia merasakan udaranya yang pengap dan panas. Tapi itu tak jadi masalah. ia sekaranag tahu bagaimana ia harus menggunakan pendingin ruangan.  Selain itu cuaca dingin tak akan menjadi alasan untuk tidak mandi. Ia bisa memilih air hangat secara otomatis. Dan ini benar-benar hal yang menyenangkan untuk lakon seorang gadis desa yang lugu seperti Nurani.
Ia sudah selesai berbenah dan menunaikan shalat subuhnya. Kemudian menuju dapur di lantai bawah. rumah masih sepi. Tanpaknya Tante Viola, Ninon, dan Sekar masih tidur pulas di kamarnya. Nur tak peduli akan hal itu. ia merasa sungkan untuk membangunkan mereka. mungkin sudah kebiasaan mereka bangun siang dan terlambat shalat subuh atau mungkin tidak shalat subuh sama sekali. Begitu pikir Nur.
Hal pertama yang ia lakukan adalah menanak nasi dan membersihkan dapur, menyapu dan mengepel lantainya. Nur masih asyik dengan pekerjaannya tepat ketika Tante Viola muncul di ambang pintu dapur.
"Eh Tante."ujar Nur tersenyum.
Tante Viola membalas senyumannya."Kamu rajin banget Nur. biar nanti Ajeng yang bersih-bersih."
"Ajeng?"
“Dia tetangga kita. kamu belum ketemu dia ya. Nanti jam tujuh pagi dia akan datang. Tante menggaji dia untuk bersih-bersih di rumah kita."
Nur mengangguk paham.
Tante Viola membuka kulkas dan mengeluarkan dua tangkup rati tawar dan selai nanas dari dalam."Kamu hari ini ikut Sekar buat beli baju ya."
nur mengangguk,"Iya tante."
"Kamu bisa memilih baju-baju yang kamu suka Nur."katanya. tangannya mulai mengiris roti tawar.
"Biar saya yang mengirisnya Tante."Nur menawarkan pertolongan.
"Nggak usah Nur."jawab tante Viola."Ngomong-ngomong, kamu mungkin akan merasa sungkan atau aneh jika tante menyuruhmu memakai pakaian seperti yang dipakai Sekar dan Ninon. iya kan."
Nur menatap tante dengan tatapan menimbang-nimbang."Maksud tante."
"Tante sih berharap kamu besok bisa memakai baju yang lebih bagus dan modern."jelas tante Viola.”yah...seperti yang dipakai dua rekanmu."
"Oh, begitu ya. tapi saya nggak terbiasa memakai pakaian seperti itu tante. saya pasti akan malu memakainya."kilah Nurani. Otaknya membayangkan ia memakai pakaian serba mini dan ketat. yang ia tahu ia akan merasa malu dan sungkan untuk memakainya. apakah tante Viola merasa ia terlihat kuno dengan memakai rok atau kadang kain yang biasa ia pakai. nur menerka-nerka. jelas sekali bahwa bibi Santi mewanti-wanti agar tidak ikut budaya kota.
Tapi tiba-tiba saja ia teringat konsep sosial yang pernah ia baca dari buku yang dipinjamnya dari maryam, tetangganya yang sekolah di kota kecamatan. Sekarang maryam tengah duduk di kelas tiga Madrasah Aliyah. Kalau nur tidak lupa, judul buku itu adalah konsep-konsep sosiologi. entah siapa yang mengarangnya. Di dalamnya ada membahas tentang akulturasi budaya, budaya transisi dan sosialisasi.
Yang Nur ingat disana di tulis bahwa kita harus berbaur dengan masyarakat dimana kita tinggal. Kita adalah makhluk sosial yang perlu untuk hidup bersosial. dan elemen paling penting dalam berkomunikasi dan bersosialisasi adalah dengan ikut kultur dan budaya masyarakat setempat. Nur merasa buku itu sedikit banyak ada benarnya. Ia jadi bimbang, sebenarnya mana yang akan ia ikuti. yang ia pahami dari pendapat bibi Santi adalah bahwa --mungkin-- seorang gadis sunda yang lugu harus menjunjung tinggi adat kebiasaan dan berpakaian layaknya orang sunda. Tapi kan ia skarang berada di Jakarta? Oke, untuk saat ini nur tanpaknya memihak pada buku Sosiologi itu. dan Nur masih menerka-nerka dalam benaknya ketika tante Viola menegurnya,"Hai, kamu melamun Nur?"
"Nggak tante."jawab Nur tersipu.
“Kamu pasti memikirkan tentang pakaian kan?" tante Viola menerka."Nggak masalah Nur, memang awalnya kamu bakalan canggung. tapi itu sebentar kok. Nanti kamu akan terbiasa dengan tampilan barumu."
Nur mengangguk."Ya, semoga saja Nur bisa. Tapi Nur tak ingin memakainya ketika pulang kampung nanti."
tante Viola tertawa."Baru saja datang kau sudah memikirkan kampung halaman. Tentu itu pilihan kamu, terserah kamu. Tapi saran tante, kamu lebih baik memakainya mulai besok. soal lain diluar itu terserah kamu."
"Makasih banyak tante."
"Ayo sarapan dulu. Abis itu mandi dan ikut sekar belanja ke butik." ujar tante Viola menyodorkan roti yang sudah ia tambahkan selai."Ya ampun, sepertinya Sekar dan Ninon belum bangun. biar tante bangunkan mereka dulu."
tante Viola beranjak dari dapur. Nur mulai menyantap sarapan paginya.
Seperti biasa Ninon dan Sekar tampil percaya diri dengan baju yang mereka pakai. Ninon memakai rok mini jeans berwarna biru pudar dan kaos merah menyala. serasi dengan rambutnya yang dicat blonde. sementara sekar memakai celana legging dan atasan kaos ketat. rambut hitamnya dibiarkan tergerai.
Sejujurnya Nur merasa minder dengan pakaian yang ia pakai. Jelas hanya dia seorang yang berbeda dari empat orang penghuni rumah itu. Untungnya Sekar lebih bisa menjaga mulut sekarang. Ia tak lagi menyindir soal bajunya. Lagi pula Sekar sekarang akan membawanya belanja ke butik. Jadi Nur merasa tak ada kesulitan kalau seandainya dia merubah tampilannya,
Toh sekarang dia ada di lingkungan yang baru, bukan di kampungnya.
Mereka mengunjungi sebuah butik khusus perempuan di bilangan Kebayoran Lama. Pemilik butik tanpak senang dengan kedatangan mereka. dia tersenyum dan tanpaknya sudah tahu apa yang diinginkan para pembelinya. Sekar tanpak akrab dengan pemilik butik. Oh, Nur hampir lupa bahkan mereka kakak beradik. kemarin tante sudah bilang padanya untuk belanja ke butik kakaknya Sekar.
"Gini mba, aku mau pilih-pilih baju yang kira-kira cocok buat gadis kampung ini."seru Sekar kepada kakaknya. Nur mengerling tak senang kepada Sekar. Yang ditatap hanya tersenyum jail dan mengangkat jari tengah dan telunjuknya ke udara,”Sorry…”
 Nur jelas agak tersinggung disebut gadis kampung. tapi apa yang dikatakan sekar benar kan?
"Mau langsung pilih-pilih baju atau ngeteh dulu?"tawar kakaknya.
"Nanti saja mbak." kini Ninon yang menjawab. mereka segera mengerubungi beberapa hanger dan gantungan yang dipenuhi baju-baju yang bagi Nur sangat mewah sekaligus aneh. Ada baju yang bawahannya tergerai panjang, tapi bagian dada dan punggung kekurangan bahan alias terbuka. Jika dipakai bias jadi setengah dadamu akan terbuka dengan percuma. Ada pula baju yang bolong disana-sini. Bukan bolong digigit tikus, tapi sengaja dibikin bolong.
"Ini mbakku sendiri yang merancang lho. Dia punya banyak pengalaman di bidang fashion. Juara dalam modeling, yang lenggak-lenggok di catwalk dia udah gak keitung deh."jelas Sekar membanggakan kakaknya. Ninon hanya memutar bola mata dengan malas dan mengerling ke arah Nur. Tanpaknya dia tidak suka jika ada orang yang berbangga-bangga di hadapannya.
"Ayo nur, pilih sendiri."ujar Sekar.
"Kalian lebih tahu daripada saya."jawab Nur malas.
"Oke, biar aku dan Ninon yang memilihkan untukmu." untuk selanjutnya Nur hanya menjadi pengekor dan memperhatikan kedua rekannya memilihkan baju untuknya. Walaupun begitu pasti mereka akan menunjukan pakaian yang mereka pilih pada Nur. Dua buah rok mini berlipit, tank top, celana jeans beberapa senti di atas lutut. dan atasan yang cenderung berwarna cerah.
Nur merasakan pegal di kakinya. ia menerka sudah dua jam mereka disana. dan sesudah itu mereka kembali ke sofa yang berada di tengah-tengah butik. Sekar membayarkan semua pakaian itu. Dan di akhir acara belanja, mereka minum teh atas tawaran dari kakak sekar yang bernama Angel.
Kira-kira jam sepuluh mereka sudah kembali ke rumah tante Viola.
Di ruang tengah tanpak tante Viola bercengkrama bersama dengan seorang laki-laki muda berperawakan besar. Tante Viola tanpak sumringah melihat kedatangan mereka.
Ninon berkata sebelum tante bicara padanya."Om Jack! pasti lama menunggu ya?"sapanya canggung.
"Sudah, urus segera tamumu. ajak dia bermain di luar saja." kata tante Viola sembari mengerling ke arah laki-laki muda di hadapannya. Yang ditatap tersenyum lebar.
Ninon menatap Nur dan Sekar."Aku keluar dulu ya." dan ia segera menggandeng tangan laki-laki itu keluar ruangan."
"Siapa dia Tante. Pacar Ninon ya." terka Nur sembari menatap kepergian mereka.
sekar tersenyum "Oh, mereka itu mau__"
tante Viola berdehem cukup keras,dan Sekar menatap tante Viola penuh arti "iya, laki-laki itu pacarnya Ninon.” Nur hanya mengangguk pelan.
Tante Viola meraih belanjaan yang tergeletak di atas sofa.”bagaimana acara belanjanya?”
“Lumayan.”jawab Sekar pendek. Ia merebahkan badannya di samping tante Viola. Sementara Nur duduk di sebelahnya.
“kamu bekerja mulai besok ya. Terus, kamu pakin aja baju-bajumu yang dari desa. Ini semua baju sengaja tante beli buat kamu. Sayang kalau nggak dipake.”
Sudahlah Nur. Tak ada salahnya menurut sama tante Viola. Lagian bibi Santi tak akan pernah tahu kau merubah tampilanmu. Ak ada salahnya kan kamu mengamalkan konsep sosiologi yang kau baca di buku Marya.
Nur meraih baju-baju itu dan menelitinya. Dan sungguh pun ia merasa ragu untuk bisa memakainya mulai besok, ia berusaha meyakinkan dirinya dan tante Viola.”Nur mau mencobanya.”


Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment