Syahadat dalam bahasa arab memiliki lebih dari satu makna. Tergantung konteks kalimatnya, dalam hal ini maknanya adalah;
1. Ikrar/proklamasi (al-iqror) 3:18, 7:172, 3:81
2. Berjanji, bersumpah (al-qosam) 63:1-2, 4:138-145
3. Perjanjian (al-mitsaq) 5:7, 2:285, 2:93
Ikrar, sumpah dan perjanjian (bai’at) hanya akan dilakukan ketika orang tersebut benar-benar mengetahui dan yakin dengan apa yang ia nyatakan. Inilah yang disebut iman. Ketika kesadaran timbul dari hati.
Keyakinan itu tercermin dalam
a. Ucapan (al-qoul) 2:8, 63:1-2, 48:11
b. Pembenaran oleh hati (at-tashdiq) 49:15
c. Bukti dalam perbuatan (al-amal) 9:105
di dalam hadits disebutkan bahwa iman itu adalah keyakinan yang timbul dari dalam hati yang diucapkan secara lisan dan diamalkan dengan anggota badan. Keimanan yang terdiri dari tiga hal itulah keimanan yang dapat menjamin keteguhan dalam prinsip (al-istiqomah) (11:112-113, 17:73-74, 42:15]
abu umar sufyan bin Abdullah bertanya kepada rasulullah saw.”wahai rasulullah, katakanlah kepadaku sesuatu dalam islam yang dengan itu aku tidak perlu bertanya lagi kepada orang lain.” Rasulullah saw menjawab,”katakanlah, aku telah beriman, kemudian istiqomahlah!” (HR.muslim)
konsistensi iman dan ketaatan adalah anugerah yang begitu besar. Dengan ketaatan yang istiqomah dan konsisten dalam keimanannya seseorang akan terhindar dari segala fitnah. Ia akan terhindar dari kemaksiatan dan selalu terjaga setiap tingkah polah dan lidahnya. Maka timbulah dalam dirinya keberanian (asy-syaja’ah) 41: 30-32, 9:52, 3:157-158], ketenangan (al-ithmi’nan) [13:28, 47:7, 3:173, 33:23,] dan optimism (at-tafaul) [3:160, 33:22-23]
dengan begitu, keistiqomahan dalam beragama dan memegang keimanan, seseorang akan terbebas dari rasa takut ,resah dan cemas dalam menjalani kehidupannya. Ia tidak akan pernah takut dengan ancaman, intimidasi dan bahkan penykisaan dari orang-orang yang tidak suka terhadap agamanya dan keimanannya. Ia akan terus bertahan di setiap terpaan cobaan dan godaan umpama batu karang di tengah ombak lautan. Ia tidak akan merasa tertekan dengan semua itu, jiwanya lapang dengan cahaya keimanan. Tak ada kesulitan yang membuat dadanya sempit. Segala kesulitan akan terasa ringan ketawakalan yang bersumber dari iman yang kokoh ia miliki karena keistiqomahannya.
Inilah yang disebut dengan kebahagiaan (as-sa’adah) yang sebenarnya. [3:185]
No comments:
Post a Comment