8 Apr 2014

Jerawat Wati

AAARGHH!!!

Sepagi itu suara sebuah teriakan telah membuat pagi yang tenang menjadi karut marut tak karuan. Mendadak ayam-ayam jantan berhenti berkukuruyuk ria. Sang mentari-untuk beberapa saat lamanya-shock sebelum menyembul secara sempurna. Para tetangga pada sibuk menutup kedua telinga mereka. Siapa sih yang edannya sepagi ini sudah berteriak-teriak bagai  monyet kejepit pintu?

“rese banget sih lu! Pagi-pagi udah teriak-teriak kayak orang gila.” Seorang perempuan dengan rambut keriting ala negro muncul di daun pintu kamar milik wati. Dia Weni, kakaknya wati. Dilihatnya wati tengah duduk di depan cerminnya dengan wajah kaku dan tertekuk.

“kenapa sih Lu!” untuk yang kedua kalinya weni melontarkan pertanyaan yang bisa dibilang sebagai pertanyaan yang bermuatan rasa kesal. Maklum, wati sudah membuat  penyakit jantungannya kambuh lagi.

“jerawat keparat…” ujar  wati pelan. Tangannya meraba-raba tiga benjolan merah bernanah di dahi sebelah kirinya.”rese banget nih jerawat.”

Weni menarik naafas dalam-dalam dan beranjak dari kamar wati untuk mengerjakan  rutinitas paginya yang tertunda gara-gara suara wati yang super lauder itu.”huh, gitu aja kok repot.”gerutunya.

Tinggallah wati dengan kesengsaraannya. Sengsara dengan adanya jerawat-jerawat yang tak diundang itu. Huh! Seenaknya aja nongkrong di wajah orang. Mending kalo cantik. Ini mah udah jelek-jelek ,mana tanpa pamit dulu lagi, batin wati.

Oke. Kita kembali kepada wati. Asal tahu aja, wati itu orangnya perpectionist. Pengen serba sempurna. Apalagi yang namanya merawat kulit, wabil khusus merawat kulit wajah, ia memasukannya dalam list perawatan tubuh nomor satu. Prinsipnya, yang dilihat orang untuk pertama kalinya ketika bertemu adalah wajahnya. Begitu katanya dan itu merupakan alas an yang sering ia lontarkan apabila teman-temannya atau lebih khusus kakaknya selalu menyindir dirinya yang bisa tahan berlama-lama di depan cermin untuk  memoles wajah dan tetek bengek perawatan lainnya.

Tapi kebahagiaan itu terusik dengan kehadiran makhluk-makhluk asing nan mungil berwarna merah itu. Dan kini wajah wati positif mengidap jerawat. Apa kata dunia? Seorang gadis yang rajin merawat kulit wajahnya ternyata terjangkit penyakit  yang menurut sebuah survey merupakan penyebab utama seseorang tidak tampil percaya diri alias minder di depan umum. Hhmm…

Padahal, sebelumnya wajah wati fine-fine aja tuh. Bahkan beberapa diantara temen wati ada yang ngiri dengan kemulusan wajah wati. Udah putih, bersih cerah dan merona secara alamiah.

“eh, coba lu ngelamar ke agency production house. Pasti lu lolos seleksi dah!” saran temannya.

“gue punya berita bagus buat lu. Majalah remaja dingdong ngadain covergirl untuk tahun ini. Lu pokoknya harus nyoba untuk ikutan event-event kayak ginian. Lu pasti menang.” Sarn teman yanga lainnya.

“wajah lu emang cocok jadi  objek  iklan sabun anti jerawat  dan produk kecantiakan.” Celoteh teman dekatnya.

Wati melambung sampai ke langit ke delapan. Eh..! ketujuh. Dia terlena denan celotehan teman-temannya.. maka mulailah ia berpikir lebih jauh dan demngan jangkauan  luas-nyatut slogannya XL nih- ia mulai mempersiapkan planning masa depan yang indah.
Maka wati membulatkan tekad untuk ikutan cover girl dan setelah itu akan mencoba mengajukan lamaran ke sebuah production house. Syukur-syukur kalo gue lulus jadi finalis atau minimal sepuluh besar di covergirl nanti. Tentunya gue nggak bakalan mengalami kesulitan untuk diterima di production house dan berkesempatan untuk main di FTV dan beberapa sinetron. Cihuii…!

Besoknya wati sibuk hunting kosmetik jenis baru dan tentu saja yang lebih mahal dari yang selam ini dia pake. Karena menurut saran tina, teman sebangkunya di kelas, lebih mahal suatu produk kosmetik maka semakin bagus efeknya.’’ Tanteku juga pake scrub yang harganya tiga ratus ribu dan wajahnya jadi putih selama seminggu.”ujaarnya saat mereka tengah membicarakan tentang rencana keikutsertaan wati di ajang pemilihan covergirl.

“berarti gue harus beli produk barau yanglebih bagus dong.”

“iya. Lu mesti lebih konsisten dan sering pakai scrub sekarang.dijamin makin putih dah.”timpal tina.”apalagi  selama ini kan kamu Cuma pakai sabun cuci muka anti jerawat dan bedak doang.”

Wati mengangguk dan membenarkan apa yang dikatakan temannya itu.
Siangnya ia mencoba membujuk mama untuk memberinya uang untuk keperluan membeli cosmetic yang disarankan teman-temannya. Namun sayangnya mamanya tidak memberinya uang untuk hal itu. Alasannya dia sudah member I wati uang saku untuk satu bulan minggu kemarin.

“ kau kemanakan uang yang mama berikan minggu kemarin. Masa sudah abis sih!” omel mamanya melihat  anak bungsunya itu  terus menengadahkan tangannya dan merengek kayak anak TK yang kepingin es krim.

“yah mama, uang itu udah wati gunain buat beli buku-buku pelajaran baru.”seru wati mengutarakan alasannya. Padahal yang sebenarnya uang saku  bulanan itu ia gunain untuk  pergi ke  ‘’rumah cantik’’ untuk lulur dan mandi relaksasi.

“ mama gak bakalan ngasih kamu uang lagi.”

Pliiis ma, wati lagi butuh banget .”

Memangnya kamu butuh buat beli apa ti?” Tanya mama wati penasaran.

Wati terjenak sebentar. Dia bimbang, apakah dia harus mengatakan yang sesungguhnya mengenai keinginannya untuk membeli kosmetik. Padahal mama selalu menganjurkan untuk tampil alami dan apa adanya. Bahkan mama sendiri belum pernah memakai kosmetik, apapun itu namanya.setelah melaui proses pertimbangan yang matang  Maka wati berkesimpulan untuk membuat-buat alas an yang rasional dan dapat diterima mama.
Wati berdehem,” dua hari lagi wati mau ngikutin SAPALA ma. Harus punya uang untuk pendaftaran dan membeli snack untuk bekal. Selain itu kita diharuskan untuk membeli kaos dan aksesoris lainnya.”  Terang wati dengan penuh harap.

Mama wati mengerutkan keningnya.” Apa itu SAPALA?”

Wati tersenyum. Biasanya kalo mama sudah bertanya seperti itu berarti tinggal satu langkah lagi  bagi wati untuk meluluhkan hatinya. “Ya semacam perkumpulan para remaja pecinta lingkungan. Singkatan dari Sahabat Pencinta Alam.”

Mama mengangguk-anggukan kepala.sejurus kemudian ia menatap putrid bungsunya.”baiklah, kamu bisa mengambilnya di bank nanti sore.berapa uang yang kamu butuhkan?’’

Hati wati bersorak gembira dan mulutnya segera menyebutkan jumlah yang diinginkannya.

Jam sudah menunjukan waktu pukul delapan tepat.Pagi itu wati sudah siap-siap untuk belanja kosmetik bersama temannya stephani yang sudah stand by di rumah wati sejak pukul tujuh pagi. Dia adalah kakak kelas wati  yang terkenal dengan blog kecantaikannya. Konon ibunya juga seorang pakar kulit yang pernah rutin mengisi rubric kecantikan di majalah remaja. Tak heran jika bakat itu menurun pada anaknya.

“mau kemana kalian?” Tanya mama ketika dilihatnya wati sudah berdandan rapi bersama stephani.

“mau ke bioskop bu. Nonton film akhir pecan.” Jawab stephani  dengan cepat. Dia tahu apa yanga harus ia jawab dari pertanyaan mamanya wati setelah wati membujuknya un tuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya kepada mamanya.
“ya sudah. Hati-hati ya.”

‘’Yaaa.” Jawb mereka serempak. Tanpa ba bi bu mereka segera menghidupkan scuter maticnya dan segera melesat menuju pusat perbelanjaan di kota.

“eh, gue merasa bersalah telah berbohong sama mama kamu tau!” ujar stephani  ketika mereka tengah memilih kosmetik yang telah direkomendasikan teman wati.

“tapi kan kalo kita jujur mama nggak bakalan ngijinin aku buat beli kosmetik. Dan lebih parahnya uangnya akan ia tarik lagi.”terang wati mencoba mencari dalih dari kebohongan mereka.

“iya, tapi  gue juga ikut ketiban dosanya wat.” Timpal stephani dengan mimic resah.
“udah ah, jangan bahas masalah itu lagi. Yang penting sekaramg gue bisa ngedapetin apa yang gue mau.”seru wati denga nada yang agak tinggi. Sepertinya ia tak mau ngomongin masalah kebohongan mereka.

Maka berjam-jam lamanya mereka berkelilng toko kosmetik  dan mencoba melupakan segala kesalahan mereka. Wlau pun mereka tahu bahwa hati mereka berontak dengan semua itu.

Batas akhit lomba covergirl tinggal dua minggu lagi. Wati semakin rajin memakai scrub dan berbagai kosmetik lainnya. Tak tanggung-tanggung wati memakai pemutih wajah. Ia ingin wajah mulusnya yang agak kecoklatan itu bisa putih seperti di iklan-iklan di TV.  Rena pernah mengatakan padanya bahwa para finalis covergirl akan jadi bintang iklan dan bintang film. Katanya, warna kulit juga menjadi penilaian ajang seperti itu dan wati percaya dengan apa yang dikatakan rena.

Weny, kakaknya wati hanya geleng-geleng kepala ketika ia melihat adiknya sibuk dengan alat-alat kosmetikya dan rutin memakai scrub bermerk saban malam dan pagi. Namun wati tak mempermasalahkan hal itu. Ia berpikir weny tidak secerewet mama. Jadi eksistensi kosmetiknya tidak dalam keadaan bahaya. Jika seandainya mama tahu sudah barang tentu akan banyak pertanyaan yang membuat mumet seluruh isi kepala dan hal itu adalah ancaman berbahaya taraf pertama. Mengalahkan ngerinya ancaman pak wanto yang melihat muridnya tidur di kelas atau tidak mengerjakan tugas matematikanya. Pak wanto adalah guru paling killer dan ditakuti murid-murid sekolah wati.

“ngapain sih pake scrub segala. Wajahmu kan tidak punya masalah apa-apa.” Ujar kaka weny saat wati tengah menggunakan scrub untuk yang kesekian kalinya.

“rese ah!” seru wati dan mendelik tak senang kepada kakanya.

“Dasar! Mulai gatel dan ganjen rupanya nih bocah.”seru weny  lagi. Dan kali ini sebuah bantalmelayang tepat mengenai kepalanya.

Weny segera meraih sebuah guling dan sebellum ia bertindak sesuatu wati sudah kabur dari kamar lebih dulu.

Seperti biasanya, hal yangpertama kali dilakukan wati ketika bangun tidur adalah menuju cermin setengah badan di pojok ruangan dan melihat perkembangan usaha dan perjuangannya dalam mempermak wajahnya. tapi sesuatu yang belum pernah ia duga menghampirinya dan menghantam segala sisi kepercaaan dirinya ketika di pagi yang cerah ia melihat ada makhluk asing telah nongkrong di wajahnya. Dan hal itu adalah aygn pertama dalam sejarah riwayat hidupnya.

Tanpa ba bi bu wati segera menelpon stephani  sahabatnya yang pakar kecantikan itu.
“APA? LU  JERAWATAN?!”

“Iya! Aduuh gimana nih. Aku bakalan malu sama temen-temen satu sekolah.”
Jadi gimana dong… nggak bisa ikutan foto covergirl dong kalo gitu. Entar jerawatnya ikut nongol di sampul majalah.” Ujar stephany yang justru memberi rasa pesimis,
“tau ah, sebel banget deh!”gerutu wati putus asa .“gue nggak mau sekolah hari ini. Bilangin aja ke guru gue lagi sakit.”

“apa? Hanya gara-gara jerawat lu kagak sekolah?”

“aduh… lu gak ngerti ya. Ini menyangkut reputaasi hidup gue selama ini.”jawab wati sewot. Dia tibe-tibe menbayangkan respon teman-temannya apabila ia masuk kelas hari ini. Dimana untuk pertama kalinya mereka melihat jerawat di wajahnya. Pasti pada shok deh!

“lha… hari ini ka nada pelajaran kesenian. Pelajaran favorite mu chiin..”
Ah, bodo amat! Yang penting Gue sekarang focus giamna caranya gue ngusir nih jerawat keparat dari wajahku.”

“besok lu mau bolos juga?”

“Tergantung  jerawatnya.”

“mana ada jerawat sembuh satu hari, paling seminggu.”

“ah! Lu banyak nanya deh.kayak wartawan aja!”

“He..he..he..oke! selamat bekerja dan semoga cepat almarhum!”

“Apa lu bilang?! Kurang ajar banget sih.”

“Almarhum jerawatnya non….” Pungkas stephany dan sambungan telponpun terputus
Terpaksa hari itu wati bolos sekolah. Dia belum siap kalo sampai teman-temannya tahu wajahnya jerawatan. Empat makhluk mungil itu taka tanggung –tanggung bertengger dengan pedenya di dahi dan hidung wati. Satu lagi di pipi sebelah kanan lebih besar dari teman-temannya.

Jika ia meraba wajahnya wati merasakan gerinjul-gerinjul dan wati tak sanggup membayangkan bahwa jerawat itu akan beranak pinak dan memenuhi wajahnya. Persis seperti mitun-teman sekelas wati  yang masuk rekor sebagi gadis dengan jerawat terbanyak di wajah- yang  kerjanya Cuma mencetin jerawatnya  yang tumbuh hamper di setiap hari. Hiy… ngebayanginnya aja  udah ngeri.

Siang itu juga wati mendatangi dokter spesialis kulit yang  direkomendasikan oleh stephany. Setelah puter-puter dan bertanya sana-sini akhirnya ketemu juga alamat yang dimaksud.

“ada yang bisa saya bantu.” Tanya sang dokter ketika wati sudah duduk di ruang periksa .
“ begini dok. Wajah saya kok tiba-tiba jerawatan ya. Padahal sebelumnya baik-baik saja  tuh.” Terang wati.

“mungkin anda salah memakai kosmetik atau tidak cocok dengan scrub yang dipakai.” Ujar  dokter mencoba berasumsi. Namun asumsi itu membuat wati tersadar dengan sepenuh-penuh sadar. Ia jadi teringat dengan semua kosmetik barunya dan pada saat itu juga ia menceritakan semuanya.

Dokter menulis resep di secarik kertas kemudian memberikannya kepada wati. “ obatnya  bisa ditebus di apotek segera sehat. Dan saya ingatkan sebaiknya anda menghentikan penggunaan kosmetik-kosmetik dan scrub yang selama ini anda pakai. Kalau bisa anda bisa mengirimkan sampel  kosmetik yang anda pakai.”

“Terimakasih dok.”ujar wati dan segera keluar  dari ruangan. Ingin sekali ia mengatakan pada stephany bahwa sarannya sekaligus saran temen-temannya malah berujung petaka. Dan wati ingin temannya itu merasa bersalah terhadap wati.

Tapi kan itu kemauanmu juga. Nggak ada yang harus disalahkan dalam hal ini. Batinnya berseru dari sisi yang berbeda.

***                                           
                                                                               
Ini harai kedua wati  harus  berteman dengan jerawat. Dia benar-benar jengah mendengar komentar  mama dan weny kakaknya. Aduh… wati. Wajahmu kok jerawatan sih…begitu kata mereka.dan wati hanya menggumam dengan malas. Dan untuk pagi ini wati kembali jengah ketika mama menegurnya supaya siap-siap untuk berangkat sekolah. Tentu saja  sekarang bukan saatnya menjawab pertanyaan mama  dengan erangan dan gumaman.
“wati kan lagi sakit ma.”

“Sakit apa? Kamu masuk angin lagi ya.”

“iya ma. Wati gak tidur semalaman, buat ngerjain tugas sekolah.”

“ Entar mama beli obat ke warung sebelah. Ya udah, untuk sekarang kamu nggak usah sekolah, istirahat aja dulu di rumah. Apa mama bilang, kamu jangan terlalu sering  begadang.  Itu kan gak baik bagi kesehatan kamu. Kalo terlalu sering begadang kata temen mama juga yang dokter tu bisa merusak liver.” Kalo sudah menyangkut soal anaknya yang sakit, mama termasuk tipe seorang mama yang terlalu perhatian  dan saangat mengkhawatirkan kondisi kesehatn anak-anaknya. Dan dia akan berbicar berbusa-busa tentang pentingnya menjaga kesehatan.

Tiba-tiba weny datng dari kamarnya.”ada apa ma, wati lupa cuci piring lagi ya.”
Wati mendelik kesal.”enak aja!”

Mama mengelus kepala anak bungsunya dan tesenyum.”wati masuk angin lagi. Dia begadang semalam. Jadinya hari ini dia gak bisa masuk sekolah.”

Weny mengerutkan keningnya.”begadang? orang abis sholat isya dia langsung tidur.”
“lho, kamu bilang semalam begadang buat ngerjain PR.”ujar mama dan mengalihkan pandangannya kepada wati. Sebelum wati angkat bicara weny sudah menimpali ucapan mama lebih dulu.” Dia Cuma bikin alasan supaya bisa bolos sekolah ma. Ya itu, dia malu dengan jerawat di wajahnya. Buktinya dari kemarin dia nggak sekolah.”

Mama manatap wati dan menggeleng-gelengkan kepalanya. “pokoknya kamu harus sekolah!”

“tapi ma_”

“Dengar wati! Kamu nggak usah malu dengan jerawat. Itu udah biasa kok. Setiap orang juga pasti ngalamin yang namanya jerawat. Itu kan suatu proses alamiah yang biasa dialami seorang yang udah menginjak dewasa. “

“Bukannya itu tandanya seseorang gak bisa merawat kulitnya.”ujar wati
“gak juga.”

Dengan malas wati beranjak untuk mempersiapkan buku-buku pelajarannya. Yang pasti dia benar-benar tak ingin membayangkan bagaimana respon teman-temannya nanti.

***

Saat waktu istirahat tiba, wati lebih memilih berdiam diri di kelasnya. Sudah cukup baginya temean-teman sekelas mengetahui perihal jerawatanya. Ia tak ingin semuanya mengetahui hal ini.

Tiba-tiba muncul  kartiny yang jago merangkai kata dan  termasuk salahseorang penyair sekaligus penulis amatiran. “wati, tumben lu terjangkit jerawat.”

Wati hanya tersenyum hambar.”tau ah!”

“nggak usah sedih, menurutku….” Ia termenung sejenak.”wajah tanpa jerawat bagai langit tak berbintang. Apa yang kau rasakan bila malam kelam tanpa bintang.?”
“Plisss deh ! aku gak butuh puisi butut gubahanmu itu.”

Dia langsung tertawa mendengar omelanku.”lumayan daripada  lu manyun.”
Wati sudah siap melempar buku matematikanya  yang super tebal dan kartiny lari terbirit-birit sebelum insiden itu terjadi.

Dan tak menunggu lama wati kembali terdiam dan dia mencoba membunuh kejenuhan dengan memainkan game di Samsung galaxy nya. Tiba-tiba stephany sudah nongol di sampingnya.”wah…asyik sendiri nih.nggak ajak-ajak ya.”

Wati mendongak.”aku nungguin kamu dari tadi.”

“gimana jerawatmu,”

Seperti yang lu lihat.” Jawab wati malas.

Stephany duduk di samping wati dan dia berbisik kepadanya.”jangan-jamgan ini gara-gara kita bohongin mama kamu waktu mau beli kosmetik beberapa hari yang lau. Kita kualat!”
Wati tercekat.

Stephany melanjutkan kata-katanya,”aku juga ketiban dosanya. Waktu pulang dari toko kosmetik aku terjatuh dari  motor dan tanganku lecet-lecet.”

“Serius lu!”

Stephany mengangguk.” aku harus  minta maaf ke mamamu.”

“Aku juga….”jawab wati lirih. “dan kayaknya aku gak usah ikutan covergirl untuk saat ini.”

Mereka saling bersitatap dan tersenyum bersama. Entah  apa arti senyum mereka.”

Cibeureum, 06 desember 2013
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment