KEPEPET PANGKAL KREATIF

 

Dulu, ketika di pondok saya doyan sekali makan mie. Sayangnya, pihak pesantren melarang kami para santrinya untuk terlalu banyak makan mie dan mengemil ciki. Akhirnya, dengan jiwa kebandelan kami, kami menyelundupkan mie instan ketika kami punya kesempatan untuk keluar dari lingkungan pondok.

Nah, ngobrolin tentang mie, kami juga tidak bisa memasaknya. Karena untuk urusan ransum makanan, kami tidak masak sendiri, tapi disediakan dari dapur pesantren. Maka kami sulit untuk bisa mendapatkan air panas untuk merebus mie.

Jiwa kreatif kami pun terpanggil. Satu-satunya setrika milik bersama kami gunakan untuk memanaskan mie. Tak ada rotan, akar pun jadi. Caranya, kami mengisi rantang alumunium dengan air sekaligus dengan mie, kemudian menyimpannya di atas setrika yang telah tersambung dengan listrik. Mirip-mirip oven lah.

Dan tara! Mie rebus pun sudah siap kami nikmati.

Kreatifitas itu juga pernah saya alami ketika ngontrak di Bogor beberapa tahun yang lalu. Kebetulan waktu itu saya tidak punya kompor. Hingga suatu hari saya dikirimi nugget oleh teman saya. Wah, ini mah harus digoreng, begitu pikir saya. Gimana cara gorengnya?

Tiba-tiba saja bola lampu pijar menyala di samping kepala saya. Tring!! Tring!!

Saya segera menyalakan mejikom mini, menumpahkan minyak goreng ke dalamnya dan menunggunya hingga panas, kemudian menggoreng nugget di dalam mejikom. Yah, meski harus beberapa kali jetrekin tombolnya. Karena secara otomatis tombol cock pindah ke warm ketika minyak memanas.

Jadi, intinya apa?

Intinya, dalam kondisi yang kepepet dan terdesak, seringkali kreatifitas itu datang. Karena kreatifitas itu timbul karena seseorang membutuhkan dan mencari jalan keluar dari permasalahan yang dia hadapi.

Bogor, 25-03-2021