SAJAK: LAUT MERAH

 LAUT MERAH
#sajakhusni

Malam itu Firaun mencapai puncak murka tersebab Musa selalu merongrong kuasa
Lelaki itu selalu membawa petaka,’ sesumbarnya
Ia tak pernah sadar bahwa pada muasalnya, dialah sumber dari segala murka
Wajah penuh durjana itu, telah kehilangan rasa, ‘Kejarlah Musa sekarang juga!’

Kau lihat, Firaun-Firaun itu akan selalu ada pada maza dan zaman yang selalu berkelindan bagai roda berputar
Firaun itu akan selalu lahir, mencipta resah, melahirkan duka nan nestapa.
Undang-Undang Firaun akan selalu menjerat mereka yang berani menggugat penguasa durjana
Barangkali, Musa itu telah bereinkarnasi pada ulama-ulama yang terpenjara. Dan Firaun telah menjelma pada Presiden dan raja-raja

Musa lari melarikan bani israil
Dari kedzaliman yang semakin mustahil untuk dicerna oleh akal pikir
Hingga di tepi laut merah mereka tercenung dengan sedikit desah, “Bagaimana bisa kita melarikan diri dari Firaun yang sedang marah
Ada Tuhan bersama kita, begitulah ucap Musa
Ada harapan bersama takwa dan iman yang telah dia kobarkan di dada
Hingga tongkat itu menjawab semua resah yang bermuara pada selaksa duka
Pukulkan tongkatmu, Musa

Itulah Musa
Itulah Kita

CCTV
#sajakhusni

Bisik durjana menelusup relung jiwa
Dua sejoli telah saling memikat lidah mereka
Tak sadar CCTV mengawasi dengan jeli
Di taman kota yang sepi

Dua satpam terkantuk-kantuk
Menatap layar dengan suntuk
‘Anjir, itu ada orang yang sedang melipir!’ seru satu diantara mereka dengan bibir tersungging
Sang teman membalas dengan tawa, ‘Mari kita temui budak setan yang dimabuk cinta.’
Bah, itu bukan cinta, tapi nafsu yang terbutakan angkara, bentak temannya

Mereka datang dengan tergesa
Sayang, dua sejoli telah lenyap dari tempat perkara
Mana mereka?
Mereka lebih takut kita daripada Tuhan yang Berkuasa, dan mereka kembali tertawa
a
Itulah Ulama kita
Musa dan Firaun akan tetap menjelma di setiap Masa

Bogor, 12-02-2021