‘Dalam Pelarian’
adalah Novel yang menceritakan bagaimana menderitanya muslim etnis Rohingya.
Semua ‘scene’ yang diceritakan adalah berdasar kisah nyata yang dialami oleh
para muslim Rohingya.
Cerita dibuka
dengan bagian ‘Prolog’ yang mengisahkan scene penyerangan ARSA (Arakan Rohignya Solidarity Army) terhadap pos-pos polisi di perbatasan Buthidaung. Beberapa orang
anggota ARSA menyerang dan membunuh polisi Myanmar di suatu malam.
Kemudian
dilanjutkan dengan menceritakan seorang pemuda tanggung bernama Ahessan dan
sahabat karibnya Anwar yang memiliki guru bernama Syaikh Ibrahim. Sayangnya,
guru mereka harus ditangkap pemerintah Myanmar tanpa alasan yang jelas dan tak
tahu kemana rimbanya.
Suatu hari Ahessan
pergi ke pasar Chin Khali untuk membeli longyi untuk ibunya. Dia bertemu teman
lamanya Aziz dan menginap di desa tersebut. Di malam itu, dia bertemu dengan
pemuda-pemuda Rohingya. Salah satunya adalah Jasim, yang mengajak mereka dengan
halus untuk bergabung dengan Harokatul Yaken atau ARSA.
Di malam yang sama,
para tentara Myanmar yang kejam menyerbu desa-desa Rohingya dan
membumihanguskannya.
Ahessan harus
menemukan kampungnya telah hangus terbakar ketika ia pulang dari desa Chin
Khali. di kampung lain, Ahessan menemukan dua anak yatim piatu, Ruzina dan
Zanat. Kedua orang tuanya telah dibunuh di malam penyerangan.
Ahessan menemukan
kampungnya telah mati. Dia tidak menemukan seorang pun yang masih hidup selain
mengungsi, dan selebihnya puing-puing dan jasad tak bernyawa. Ahessan harus
rela kehilangan keluarganya dan tempat tinggalnya.
Sementara Ibu
Ahessan, Khatun dan kedua adik Ahessan, Shufaida dan Sabiq telah pergi ketika
malam penyerangan terjadi. Paginya mereka menghubungi Ahessan lewat sambungan
telepon. Tapi selalu gagal. Akhirnya mereka mengungsi tanpa kehadiran Ahessan.
Masalah semakin
rumit ketika teman karib Ahessan, Anwar menitipkan keluarganya lewat sambungan
telepon. Dan lagi-lagi Ahessan tidak menemukan keluarga Awar di rumah mereka.
Anwar memiliki istri bernama Sameron dan adiknya Sander.
Ketika malam
penyerangan itu terjadi, Sander diperkosa beramai-ramai sementara Sameron
dipukuli hingga babak belur. Rumah mereka dibakar, sementara mereka masih
berada di dalam dalam kondisi pingsan. Beruntung mereka berhasil keluar.
Sementara ketika
malam penyerangan terjadi, orang-orang dibunuh dan mereka berlari ke tengah
hutan menunggu pagi tiba. Sebagian lagi berkumpul di pusat desa dan melakukan
perjalanan panjang selama satu minggu lebih menuju Bangladesh.
Selama perlajanan
satu minggu inilah, Ahessan, Khatun dan kedua anaknya, Sameron dan adiknya,
memiliki kisah tersendiri yang berbeda satu sama lain. Dengan ‘scene’ meloncat
dari satu adegan ke adegan yang lain, kita seakan bagian dari perjalanan
panjang mereka yang sangat melelahkan.
Dari hujan yang
turun deras dan sungai meluap sehingga mereka tidak bisa meneruskan perjalanan,
kehabisan bekal makanan, melahirkan di tengah perjalanan, perahu yang terbalik,
menyeberang memakai rakit bambu yang reyot, bahkan menyeberangi muara dan laut
dengan jeriken minyak yang diikatkan di badan.
Ketika mereka tiba
di Bangladesh, episode baru mereka mulai. Tentunya dengan penderitaan dalam
bentuk lain.
Sebelum masuk ke
kamp, mereka harus melaporkan kedatangan ke kantor pencatatan pengungsi.
Mereka harus
berdesak-desakan dengan pengungsi lain tanpa tempat berteduh selama seminggu
lamanya dengan keadaan yang mengenaskan. Tanpa pakaian dan makanan yang layak.
Ditambah dengan sanitasi yang buruk.
Ketika bantuan
kemanusiaan datang, mereka harus berebut makanan dan pakaian dengan ratusan
pengungsi lainnya di beberapa titik pembagian bantuan.
Kisah ditutup
dengan Point of View wartawan yang mewawancarai orang-orang Rohingya.
Menyajikan fakta tentang penderitaan orang-orang Rohingya tanpa ada sangkut
pautnya dengan ARSA. Ketika banyak orang yang menyalahkan ARSA, sebagaimana
klaim pihak Myanmar yang menyatakan mereka hanya membersihkan terorist (Baca:
ARSA)
Menjawab bagian
epilog kisah ‘Dalam Pelarian’ yang mengisahkan penyerangan ARSA (Arakan Rohingya Solidarity Army)
terhadap pos-pos jaga polisi di perbatasan Buthidaung.
Silakan pesan dengan menghubungi No 0823 1739 7269 (SMS/ Telegram/ WA)
harganya brpan y?
ReplyDelete