9 Apr 2017

Stay With Me


Laila menatap billboard di sepanjang jalan dengan mata yang memanas. Air mata mulai berlompatan menuruni pipinya. Hatinya seakan diremas-remas melihat Michael yang berpelukan dengan seorang wanita hispanik di billboard tersebut. Falling love, tulisan merah menyala turut menjadi pelengkap deritanya.Laila mempercepat laju mustangnya dengan perasaan yang tidak menentu. Ia sudah bosan dengan semua ini.

Sampai di apartemen, laila menuju kamarnya dan mulai mengeluarkan semua pakaian dari lemari, kemudian mengemasinya ke dalam koper. Beberapa saat kemudian ia terdiam dan berpikir untuk membatalkan rencananya untuk pergi. Tapi ia sudah membulatkan tekadnya untuk pergi dari apartemen itu, untuk menjauh dari michael. Lelaki yang ia anggap telah menghianati dirinya.

Laila membuka laci untuk mencari pulpen. Dapat. Ia duduk di meja rias dan merobek satu lembar buku agendanya. Ia mulai menulis.

Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi, dan kamu juga aku rasa tak lagi membutuhkanmu.

Laila

Pesan singkat untuk michael. Ia segera mengemasi kopernya. Kemudian memastikan semuanya akan baik-baik saja. Kertas yang berisi pesan singkat tadi ia simpan di atas meja rias.

Tujuannya sekarang menuju rumah diana, sahabat karibnya ketika menjalani shuting drama satu tahun yang lalu. Dan sampai kini ia masih menjalin persahabat yang erat dengan diana.

***

Diana terkejut ketika membuka pintu rumahnya. Dia mendapati laila di hadapannya.”Ya tuhan, sudah hampir setahun kita tidak bertemu.”

Laila tersenyum,”bagaimana kabar suami dan anak-anakmu.”

“semuanya baik-baik saja. Oh yeah, tiga bulan yang lalu, aku mempunyai anak kedua.”seru Diana. Ia menghampiri tempat tidur bayi dan mengeluarkan bayi mungil dari dalamnya.”kuberi nama dia Saliha.”

“Oh, seperti namaku di drama satu tahun yang lalu.”seru Laila.

“Ya, aku suka dan menurutku nama peranmu bagus untuk nama anakku.”timpal Diana dengan senyum lebar.”jadi, bagaimana kabar Michael.”

“Seperti biasa, dia sibuk dengan film terbarunya.”

“yeah, tentu lelaki seperti Michael mempunyai banyak tawaran untuk bermain di film laga dan film serial. Dan beruntungnya kau, Michael suamimu itu hampir selalu menjadi pemeran utama di seluruh filmnya.”

“Mungkin itu membuatnya bahagia.”

“Dan kau pun tentu bahagia.”ujar Diana sembari mendekap anaknya.

“Siapa bilang? Aku selalu merasa tersiksa. Oke, bagaimana pendapatmu jika Liam bermesraan dengan wanita lain di filmnya?”tanya Laila dengan suara mendesis.

“It’s oke, dia hanya menjalankan perannya. Dan akting itu tidak nyata.”
“bagaimana jika Liam memainkan adegan tidur dengan wanita lain di filmnya. Tidakkah kau merasa cemburu.” Tanya Laila lagi.

“Aku...aku tidak yakin bisa menerimanya. Tapi, liam tidak pernah menerima tawaran seperti itu. Atau paling tidak ditawari hal itu.”

Laila mulai merasakan panas di matanya. Tampaknya ia tak bisa menahan tangisnya.”Tapi Michael menerimanya. Ini adalah yang ketiga kalinya ia menerima tawaran sialan dari sutradaranya. Ketiganya sekuel dari film yang pertama.”

Diana terdiam. Kemudian menghela nafas panjang.”Dan kau belum pernah bermain dengan lelaki lain di film yang kau bermain di dalamnya?”

Laila merasa jengah dengan pertanyaan tersebut,”Aku tidak pernah melakukan hal yang parah selain dari apa yang Michael lakukan. Lagi pula, sejak enam bulan yang lalu aku berniat berhenti dari duniaku sendiri. Aku sudah bosan dengan duniaku sendiri.”


“Dan perubahanmu itu memaksamu untuk mencoba merubah Michael. Aku rasa Michael tak ingin atau tak bisa keluar dari dunianya. Dia raja aktor di industri film.”


“Aku hanya ingin dia tidak membuatku sakit hati dengan peran yang dia mainkan.”

Diana kembali menghela nafas.”Aku turut prihatin dengan semua ini.”

***

Michael pulang larut malam. Malam itu adalah malam launching film Falling in Love, sekaligus meet and greet di plaza. Dia merasa lelah luar biasa.

Dia berharap bisa segera cepat tidur dan memulai hari besok dengan aktifitas yang lebih produktif. Ada beberapa hal yang belum ia selesaikan terkait produksi film yang selama ini ia lakoni.

Michael tidak menemukan Laila di apartemen. Alih-alih dia menemukan pesan di secarik kertas. Beberapa saat dia membacanya dan mukanya berubah merah. Murka.

Laila benar-benar sudah keterlaluan, begitu pikirnya. Ia membuka lemarinya untuk mengganti baju. Tapi dia melihat sudah tidak ada lagi baju-baju milik laila disana. Dia segera membuka laci meja rias. Dan tidak lagi ditemukan berbagai kosmetik milik Laila. Tapi dia menemukan sesuatu. Alat tes kehamilan.

***

“kau tidak merasa rindu untuk bertemu Michael?” tanya Diana. Ia mengangsurkan satu tangkup roti dan selai nanas di meja samping Laila.”Mungkin dia merindukanmu.”



Laila menggeleng.”jika dia merindukanku, dia akan mencariku.”
“Aku lihat semalam di ponselmu ada belasan panggilan dari Michael dan kau mengabaikannya. Berarti dia merindukanmu.”

***

Pikiran Michael benar-benar kacau. Bahkan kekacauan itu dia bawa sampai ke tempat shuting. Dia merasa Laila tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Tapi nyatanya dia bisa meninggalkan dia sendiri. Tanpa pernah memberitahunya secara langsung.

Dia merasa jengkel ketika Laila tak membalas panggilannya. Tidak membalas pesannya. Tidak pula membalas semua pesan lainnya di media sosial.

***

Laila membaca koran. Tampak film falling in love menjadi trending di kolom hiburan. Disana Michael mendekap Michele pasangannya di film tersebut. Dengan mesra. Entah dibuat-buat atau disengaja.

“Semua ini hanya demi profesionalisme sebagai aktor.”

“Persetan dengan profesionalisme. Aku hanya ingin kau tidak menerima tawaran panas itu. Kau tidak malu adeganmu dilihat kedua orang tuaku. Dilihat diriku?”
“Aku bekerja Laila. Kau sudah janji untuk menerimaku apa adanya. Dan aku juga berjanji untuk menjadi suamimu yang terbaik.”



“Setidaknya kau belum menjadi suamiku seutuhnya jika kau masih mendekap wanita lain di dalam adegan mesum itu.”

“Tapi Laila_”

“I don’t care. Pilih aku atau film sialanmu itu.”

***


Malam itu Michael benar-benar tidak tahu apa lagi yang harus ia perbuat. Ia sudah menanyakan Laila kepada saudara-saudaranya, orang tuanya, teman sesama aktris. Tapi nihil. dia tidak yakin salah satu diantara mereka berbohong dan tidak mengatakan hal yang sesungguhnya. Bisa saja Laila tinggal diantara salah satu dari mereka. Tapi Michael berharap dan setidaknya meyakinkan dirnya Laila akan kembali beberapa hari mendatang.


Pagi hari sebelum Michael berangkat menuju lokasi launching film di negara bagian tetangga, dia menemukan pesan di ponselnya. Nomor yang tidak dia kenal.

Kau telah mencampakan Laila demi duniamu sendiri. Kau lelaki egois. Harusnya kau mengerti perasaannya.
Diana.

Oh Diana, teman karib Laila. Michael yakin, setidaknya Laila ada di sana.

***

Laila dan Diana tengah membuat adonan roti dan memanggang ayam ketika bel di pintu depan berbunyi.

“Rupanya Liam sudah datang, kau teruskan mengadon roti.”ujarnya sembari beranjak dari dapur untuk membuka pintu.

Diana terkejut tapi tersenyum lebar melihat siapa yang datang.

“Laila ada di sini? Sejak kemarin dia meninggalkan apartemen kami.”

Diana berjalan anggun,”Silakan masuk, kami sedang memanggang ayam untuk makan siang.”

Michael masuk dan dilihatnya tas tangan milik Laila di atas sofa. Benar dugaannya, memang Laila ada di sini.

***

“Siapa yang datang?”Tanya Laila. Ia masih sibuk memecahkan beberapa telur dan memasukkannya ke dalam adonan.

“Liam.” Jawab Diana.”tampaknya dia kehausan. Kau bawa jus jeruk ke ruang depan.”

Laila mengangkat bahu,”Kenapa harus aku, harusnya kau sebagai istrinya.”
“Ayolah.” Aku harus menidurkan anakku.” Diana beralasan tepat ketika anaknya menangis dari kasur mungilnya.

Mau tidak mau Laila mengambil satu botol jus dan beranjak ke depan. Dia melihat seorang lelaki duduk membelakangi pintu yang menuju ruang dapur. Itu Liam. Tapi tunggu, itu bukan Liam. Liam tidak memiliki rambut yang pirang dan berperawakan jangkung.

Jadi, Laila mengerutkan keningnya. Dan dia hampir menjatuhkan botol  jus di tangannya ketika pria itu berbalik dan Michael tersenyum canggung.

“Laila.” Dia mendekat dan mendekap Laila.”kenapa kau pergi?”

“tidak perlu aku mengulangi alasan yang berulang. Kau sudah tahu kenapa aku harus pergi. Aku muak. Aku tidak butuh alasan  professionalism yang kau sebutkan. Pilih aku atau film sialanmu itu.”

“Aku lebih memilihmu dan bayi kita. Film bagiku tak ada harganya dibanding calon bayi kita.”

Laila terkesiap.

“Aku menemukan alat tes kehamilan di lacimu.”lanjut Michael. dia tahu keheranan Laila. 

Jika kau setuju, aku akan pergi ke madinah bulan depan. Untuk belajar islam. Dan jika kau mau, aku akan mengajakmu ikut serta ke sana dan tinggal satu tahun lebih.”

“Kau bercanda?”

“Tidak, temanku Zahed dari Bosnia mengajakku untuk ikut serta pada bulan yang lalu. Semalam aku sempat berpikir untuk menerima tawarannya, dan menyusulnya ke sana. Lagi pula, kita bisa berkunjung ke iskandariyah dan bertemu dengan keluargamu. Tiga tahun kita tidak mengunjungi mereka.

Senyum Laila merekah.


Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment