Laila menatap billboard di sepanjang jalan dengan mata yang memanas. Air mata mulai berlompatan menuruni pipinya. Hatinya seakan diremas-remas melihat Michael yang berpelukan dengan seorang wanita hispanik di billboard tersebut. Falling love, tulisan merah menyala turut menjadi pelengkap deritanya.Laila mempercepat laju mustangnya dengan perasaan yang tidak menentu. Ia sudah bosan dengan semua ini.
Sampai di apartemen, laila menuju kamarnya dan
mulai mengeluarkan semua pakaian dari lemari, kemudian mengemasinya ke dalam
koper. Beberapa saat kemudian ia terdiam dan berpikir untuk membatalkan
rencananya untuk pergi. Tapi ia sudah membulatkan tekadnya untuk pergi dari
apartemen itu, untuk menjauh dari michael. Lelaki yang ia anggap telah
menghianati dirinya.
Laila membuka laci untuk mencari pulpen.
Dapat. Ia duduk di meja rias dan merobek satu lembar buku agendanya. Ia mulai
menulis.
Aku
sudah tidak membutuhkanmu lagi, dan kamu juga aku rasa tak lagi membutuhkanmu.
Laila
Pesan singkat untuk michael. Ia segera mengemasi
kopernya. Kemudian memastikan semuanya akan baik-baik saja. Kertas yang berisi
pesan singkat tadi ia simpan di atas meja rias.
Tujuannya sekarang menuju rumah diana, sahabat
karibnya ketika menjalani shuting drama satu tahun yang lalu. Dan sampai kini
ia masih menjalin persahabat yang erat dengan diana.
***
Diana terkejut ketika membuka pintu rumahnya.
Dia mendapati laila di hadapannya.”Ya tuhan, sudah hampir setahun kita tidak
bertemu.”
Laila tersenyum,”bagaimana kabar suami dan
anak-anakmu.”
“semuanya baik-baik saja. Oh yeah, tiga bulan
yang lalu, aku mempunyai anak kedua.”seru Diana. Ia menghampiri tempat tidur
bayi dan mengeluarkan bayi mungil dari dalamnya.”kuberi nama dia Saliha.”
“Oh, seperti namaku di drama satu tahun yang
lalu.”seru Laila.
“Ya, aku suka dan menurutku nama peranmu bagus
untuk nama anakku.”timpal Diana dengan senyum lebar.”jadi, bagaimana kabar
Michael.”
“Seperti biasa, dia sibuk dengan film terbarunya.”
“yeah, tentu lelaki seperti Michael mempunyai
banyak tawaran untuk bermain di film laga dan film serial. Dan beruntungnya
kau, Michael suamimu itu hampir selalu menjadi pemeran utama di seluruh
filmnya.”
“Mungkin itu membuatnya bahagia.”
“Dan kau pun tentu bahagia.”ujar Diana sembari
mendekap anaknya.
“Siapa bilang? Aku selalu merasa tersiksa.
Oke, bagaimana pendapatmu jika Liam bermesraan dengan wanita lain di
filmnya?”tanya Laila dengan suara mendesis.
“It’s oke, dia hanya menjalankan perannya. Dan
akting itu tidak nyata.”
“bagaimana jika Liam memainkan adegan tidur
dengan wanita lain di filmnya. Tidakkah kau merasa cemburu.” Tanya Laila lagi.
“Aku...aku tidak yakin bisa menerimanya. Tapi,
liam tidak pernah menerima tawaran seperti itu. Atau paling tidak ditawari hal
itu.”
Laila mulai merasakan panas di matanya.
Tampaknya ia tak bisa menahan tangisnya.”Tapi Michael menerimanya. Ini adalah
yang ketiga kalinya ia menerima tawaran sialan dari sutradaranya. Ketiganya
sekuel dari film yang pertama.”
Diana terdiam. Kemudian menghela nafas
panjang.”Dan kau belum pernah bermain dengan lelaki lain di film yang kau
bermain di dalamnya?”
Laila merasa jengah dengan pertanyaan
tersebut,”Aku tidak pernah melakukan hal yang parah selain dari apa yang
Michael lakukan. Lagi pula, sejak enam bulan yang lalu aku berniat berhenti
dari duniaku sendiri. Aku sudah bosan dengan duniaku sendiri.”
“Dan perubahanmu itu memaksamu untuk mencoba
merubah Michael. Aku rasa Michael tak ingin atau tak bisa keluar dari dunianya.
Dia raja aktor di industri film.”
“Aku hanya ingin dia tidak membuatku sakit
hati dengan peran yang dia mainkan.”
Diana kembali menghela nafas.”Aku turut
prihatin dengan semua ini.”
***
Michael pulang larut malam. Malam itu adalah
malam launching film Falling in Love, sekaligus meet and greet di plaza. Dia
merasa lelah luar biasa.
Dia berharap bisa segera cepat tidur dan
memulai hari besok dengan aktifitas yang lebih produktif. Ada beberapa hal yang
belum ia selesaikan terkait produksi film yang selama ini ia lakoni.
Michael tidak menemukan Laila di apartemen.
Alih-alih dia menemukan pesan di secarik kertas. Beberapa saat dia membacanya
dan mukanya berubah merah. Murka.
Laila benar-benar sudah keterlaluan, begitu
pikirnya. Ia membuka lemarinya untuk mengganti baju. Tapi dia melihat sudah
tidak ada lagi baju-baju milik laila disana. Dia segera membuka laci meja rias.
Dan tidak lagi ditemukan berbagai kosmetik milik Laila. Tapi dia menemukan
sesuatu. Alat tes kehamilan.
***
“kau tidak merasa rindu untuk bertemu
Michael?” tanya Diana. Ia mengangsurkan satu tangkup roti dan selai nanas di
meja samping Laila.”Mungkin dia merindukanmu.”
Laila menggeleng.”jika dia merindukanku, dia akan mencariku.”
“Aku lihat semalam di ponselmu ada belasan
panggilan dari Michael dan kau mengabaikannya. Berarti dia merindukanmu.”
***
Pikiran Michael benar-benar kacau. Bahkan
kekacauan itu dia bawa sampai ke tempat shuting. Dia merasa Laila tidak pernah
berpikir untuk meninggalkannya. Tapi nyatanya dia bisa meninggalkan dia
sendiri. Tanpa pernah memberitahunya secara langsung.
Dia merasa jengkel ketika Laila tak membalas
panggilannya. Tidak membalas pesannya. Tidak pula membalas semua pesan lainnya
di media sosial.
***
Laila membaca koran. Tampak film falling in
love menjadi trending di kolom hiburan. Disana Michael mendekap Michele
pasangannya di film tersebut. Dengan mesra. Entah dibuat-buat atau disengaja.
“Semua ini hanya demi profesionalisme sebagai
aktor.”
“Persetan dengan profesionalisme. Aku hanya
ingin kau tidak menerima tawaran panas itu. Kau tidak malu adeganmu dilihat
kedua orang tuaku. Dilihat diriku?”
“Aku bekerja Laila. Kau sudah janji untuk
menerimaku apa adanya. Dan aku juga berjanji untuk menjadi suamimu yang
terbaik.”
“Setidaknya kau belum menjadi suamiku seutuhnya jika kau masih mendekap wanita
lain di dalam adegan mesum itu.”
“Tapi Laila_”
“I don’t care. Pilih aku atau film sialanmu
itu.”
***
Malam itu Michael benar-benar tidak tahu apa
lagi yang harus ia perbuat. Ia sudah menanyakan Laila kepada
saudara-saudaranya, orang tuanya, teman sesama aktris. Tapi nihil. dia tidak
yakin salah satu diantara mereka berbohong dan tidak mengatakan hal yang
sesungguhnya. Bisa saja Laila tinggal diantara salah satu dari mereka. Tapi
Michael berharap dan setidaknya meyakinkan dirnya Laila akan kembali beberapa
hari mendatang.
Pagi hari sebelum Michael
berangkat menuju lokasi launching film di negara bagian tetangga, dia menemukan
pesan di ponselnya. Nomor yang tidak dia kenal.
Kau telah
mencampakan Laila demi duniamu sendiri. Kau lelaki egois. Harusnya kau mengerti
perasaannya.
Diana.
Oh Diana, teman karib
Laila. Michael yakin, setidaknya Laila ada di sana.
***
Laila dan Diana tengah
membuat adonan roti dan memanggang ayam ketika bel di pintu depan berbunyi.
“Rupanya Liam sudah
datang, kau teruskan mengadon roti.”ujarnya sembari beranjak dari dapur untuk
membuka pintu.
Diana terkejut tapi
tersenyum lebar melihat siapa yang datang.
“Laila ada di sini? Sejak
kemarin dia meninggalkan apartemen kami.”
Diana berjalan anggun,”Silakan
masuk, kami sedang memanggang ayam untuk makan siang.”
Michael masuk dan
dilihatnya tas tangan milik Laila di atas sofa. Benar dugaannya, memang Laila
ada di sini.
***
“Siapa yang datang?”Tanya
Laila. Ia masih sibuk memecahkan beberapa telur dan memasukkannya ke dalam
adonan.
“Liam.” Jawab Diana.”tampaknya
dia kehausan. Kau bawa jus jeruk ke ruang depan.”
Laila mengangkat bahu,”Kenapa
harus aku, harusnya kau sebagai istrinya.”
“Ayolah.” Aku harus
menidurkan anakku.” Diana beralasan tepat ketika anaknya menangis dari kasur
mungilnya.
Mau tidak mau Laila
mengambil satu botol jus dan beranjak ke depan. Dia melihat seorang lelaki
duduk membelakangi pintu yang menuju ruang dapur. Itu Liam. Tapi tunggu, itu
bukan Liam. Liam tidak memiliki rambut yang pirang dan berperawakan jangkung.
Jadi, Laila
mengerutkan keningnya. Dan dia hampir menjatuhkan botol jus di tangannya ketika pria itu berbalik dan
Michael tersenyum canggung.
“Laila.” Dia mendekat
dan mendekap Laila.”kenapa kau pergi?”
“tidak perlu aku
mengulangi alasan yang berulang. Kau sudah tahu kenapa aku harus pergi. Aku muak.
Aku tidak butuh alasan professionalism yang
kau sebutkan. Pilih aku atau film sialanmu itu.”
“Aku lebih memilihmu
dan bayi kita. Film bagiku tak ada harganya dibanding calon bayi kita.”
Laila terkesiap.
“Aku menemukan alat
tes kehamilan di lacimu.”lanjut Michael. dia tahu keheranan Laila.
Jika kau setuju, aku
akan pergi ke madinah bulan depan. Untuk belajar islam. Dan jika kau mau, aku
akan mengajakmu ikut serta ke sana dan tinggal satu tahun lebih.”
“Kau bercanda?”
“Tidak, temanku Zahed
dari Bosnia mengajakku untuk ikut serta pada bulan yang lalu. Semalam aku
sempat berpikir untuk menerima tawarannya, dan menyusulnya ke sana. Lagi pula,
kita bisa berkunjung ke iskandariyah dan bertemu dengan keluargamu. Tiga tahun
kita tidak mengunjungi mereka.
Senyum Laila merekah.
No comments:
Post a Comment