1 Jun 2016

KAKUS EVERYWHERE

Masalah kakus emang masalah urgent untuk manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai aktifitas metabolisme pembuangan. Nah, ternyata di pesantren itu, masalah yang muncul masalah tempat pembuangan hasil metabolisme tersebut. Kok bisa?
Gue mau sedikit cerita sama kamu. Di pesantrenku WC Cuma ada satu untuk sekitar seratus orang santri cowok. Kebayang nggak gimana jadinya jika pagi hari tiba, dimana perut sedang masanya berontak karena lapar belum sarapan dan karena belum melakukan ‘pembuangan’
Hasilnya, kami biasa menyiasati masalah kakuk ini dengan kreatifitas kami (mana bisa dibilang santri kalo kreatifitasnya mandek. Iya nggak?).
Jika siang hari perut mules-mules, sementara WC tercinta sedang ada yang make, terpaksa kami lari ke gunung dan melakukan BAB di semak-semak bukit. Kemudian bersuci di sungai yang terdapat di bukit tersebut.
Jika malam hari perut mules-mules, maka kami akan berlari ke arah jembatan yang membentang di atas sungai yang berada sekitar lima puluh meter di bawah asrama pondok. Maka, hal inilah yang menjadi favorit kami setiap malam.
Setiap bakda maghrib biasa ada kajian dan pengetesan hafalan di masjid dan di asrama. Untuk santri yang malas dan belum siap tes hafalan, biasanya punya alasan untuk BAB ke jembatan. Psst...yang ini haram ditiru!!
Kami bersama-sama berjongkok di pinggiran jembatan diselimuti kegelapan. So, tidak khawatir masing-masing aurat kelihatan satu sama lain. Sembari menikmati semilir angin malam dan bintang gemintang di atas langit sana, kami mengobrol ngalor ngidul hingga terdengar waktu isya tiba.
Yang paling menggelikan adalah ketika dari kejauhan terdengar suara gerungan sepeda motor dan sorot lampunya yang mulai mengarah ke arah jembatan.
“ada motor lewat!!!”seru kami berbarengan dan serta merta blingsatan menyelamatkan diri ke semak-semak di sekitar jembatan. Kami tak ingin menanggung malu jika kepergok orang yang lewat. Apa lagi kalo yang lewat ustadz. Yang paling menyedihkan adalah apabila ketika motor lewat jembatan pas berbarengan ketika kita sedang (maaf) mengedan dalam proses pembuangan. Masa harus terpotong sih?! Hahahah.....
Sebenarnya ada satu tempat yang paling aman untuk BAB ketika malam tiba (tentunya ketika WC di asrama sedang di pakai). Tempat itu adalah pohon mangga yang doyong ke atas badan sungai. Beruntung letaknya berada di pojokan tanah kebun yang rimbun. Jadi tidak khawatir kepergok orang yang lewat. Secara jauh dari jalan.
Nah, tempat ini punya resiko tersendiri juga dan salahsatu sohib gue pernah ngalaman hal yang paling buruk mengenai pohon mangga doyong ini.
Ceritanya begini: saat itu sedang musim hujan. Hujan baru saja reda ketika tiba-tiba teman saya ini merasa mules-mules binti perut melilit. Akhirnya dia segera berlari menuju si pohon doyong tersebut. Maklum, dia tidak terbiasa melakukan BAB di jembatan secara berjamaah. Akhirnya dia mencoba merayap di atas pohon mangga dan jongkok di sana dengan penuh penghayatan layaknya monyet kemalaman. Ketika dirasa rasa mules sudah tuntas sohib gue ini turun dari pohon. Apesnya, kakinya terpeleset karena pohonn yang berlumut itu basah kuyup setelah diguyur hujan semenjak sore.
BYUUR!! Sohib gue kecebur sungai. Di atas bekas pembuangannya sendiri. Dasar apes!!
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment