2 Oct 2014

Suara Misterius di Jendela


Suara Misterius Di Jendela

Oleh Husni Magz

Malam itu Nandi dan Amir menginap di rumah kakek Hasan. Kakek Hasan sudah berjanji untuk membantu mereka menyelesaikan tugas sekolah untuk hari Senin. Amir dan Nandi tidur di kamar Paman Rusli, anak bungsu kakek Hasan yang sekarang sedang mondok di podok pesantren. Jadi kamar tersebut kosong, hanya setahun sekali Paman Rusli pulang ke kampung.

Tapi Nandi dan Amir tidak bisa tidur karena merasa gerah. Selain itu banyak nyamuk di kamar tersebut. Akhirnya Nandi dan Amir hanya mengobrol saja.

“Amir, aku pernah mendengar kabar kalau kamar tidak dihuni dalam waktu yang lama itu bisa dihuni hantu, lho,”ujar Nandi sembari memainkan bantal. “Kamar ini kan sudah lama ditinggal Paman Rusli.”

“Ah, ada-ada saja kamu Nan, itu namanya tahayul. Cerita bohong yang tidak boleh kita percaya,”sergah Amir. Dia tidak suka Nandi menceritakan kisah yang seram-seram.

“Bener Mir, kata Sarli, di rumahnya juga ada kamar bekas neneknya. Semenjak neneknya meninggal, Sarli sering mendengar suara-suara aneh di kamar neneknya itu. kata Sarli, dia bahkan mendengar suara seseorang yang batuk dan bercakap-cakap.”

“Sudahlah Nan, jangan cerita hantu lagi. Nanti terbawa mimpi lho,” Amir memperingatkan Nandi.

“Kamu takut ya, ejek Nandi sembari tersenyum lebar.

“Tidak. Anak lelaki mana takut dengan cerita hantu bohongan,” sergah Amir. Tidak rela disepelekan. Padahal di hatinya ia membenarkan persangkaan Nandi. Dia takut jika mendengar cerita-cerita hantu. Apalagi diceritakan di malam hari.

“Tahu tidak, Mir, ternyata hantu itu Nandi menghentikan kata-katanya karena mendengar sesuatu di luar kamar mereka.

Amir dan Nandi saling tatap. Ada suara langkah kaki mendekati pintu kamar mereka. Nandi dan Amir merasa gelisah dan ketakutan luar biasa.

“Ini semua gara-gara kamu menceritakan hantu. Ini akibatnya,” bisik Amir kepada Nandi.

“Itu kan cerita bohongan, bisik Nandi. “Mana mungkin hantu itu datang.”

“Itu buktinya,” balas Amir sembari menunjuk arah suara itu datang.

Suara langkah kaki semakin jelas. Amir dan Nandi menahan napas dan melafalkan doa-doa.

KREK…

Pintu kamar terbuka perlahan. Amir dan Nandi segera menutupi wajah mereka dengan selimut dan menajamkan pendengaran mereka.

Suara langkah kaki yang beradu dengan lantai kayu semakin jelas terdengar. Kemudian disertai suara batuk yang mendengkung.

Di balik selimut, Nandi tersenyum lebar. Dia menyingkap selimut dan berseru, “Aku piker hantu, ternyata kakek yang datang!”

Di saat yang sama, Amir ikut menyembul dari balik selimut.

“Hus! Sembarangan!” seru kakek sembari geleng-geleng kepala. “Kalian belum tidur?”

“Belum kek,” jawab Amir. “Kakek kenapa datang ke sini?”

Kakek tersenyum. “Kakek tahu kalian tidak bisa tidur karena banyak nyamuk. Makanya kakek datang membawa obat nyamuk semprot. Kakek kemudian menyemrot semua pojok ruangan. “Nah, sekarang kalian bisa tidur.”

Pada akhirnya, Amir dan Nandi bisa tidur tenang. Nyamuk-nyamuk tersebut tidak lagi mengganggu mereka.

Malam sudah larut ketika Amir mendengar suara di jendela. Seperti ada benda yang digesek-gesekkan di jendela kamar tersebut. Beberapa saat kemudian suara gesekan itu berubah menjadi suara ketukan yang samar.

Amir memicingkan matanya. Suara tersebut masih terus terdengar. Tiba-tiba dia teringat cerita Nandi. Jangan-jangan benar apa yang diceritakan Nandi. Kamar itu ada penghuninya, dan penghuninya tidak senang jika kamarnya ditempati mereka berdua.

Amir menggoyang-goyangkan bahu Nandi untuk membangunkannya. Nandi, bangun!”

Nandi menggeliat dan hanya bergumam tidak jelas.

“Nandi bangun, ada suara di jendela.”

Nandi tetap bergeming dan mendengkur. Amir hanya bisa menahan kesal dan kembali berbaring disamping sahabatnya itu. mencoba tidak mempedulikan suara di jendela.

Tapi, semakin Amir berusaha untuk tidak acuh, semakin dia terganggu dengan suara itu. Sepanjang malam Amir tidak bisa tidur karena suara itu selalu mengganggunya.

***

Kakek tertawa mendengar cerita Amir ketika sarapan pagi.

“Kamu tidak bohong kan?” tanya Nandi. Ia meragukan cerita Amir.

“Ya sudah kalau tidak percaya. Aku sudah bangunkan kamu, tapi kamu gak mau bangun,” seru Amir dengan bibir cemberut.

“Ayo ikut kakek,” ajak kakek sembari beranjak dari kursi.

“Mau  kemana kek?” tanya Amir. Amir dan Nandi pun mengikuti langkah Kakek.

“Menghukum hantu yang membuat tidur kalian terganggu,” jawab kakek diiringi tawa.

Mereka menuju halaman belakang tepat dimana jendela kamar Paman Rusli berada. Kakek tersenyum kepada Amir. Tangannya menunjuk ke arah jendela. Lihat, ternyata ini hantunya.”

Di sana ada bibit pohon kelapa yang belum terlalu tinggi. Satu dahan pohon kelapa yang sudah tua terjuntai hingga menyentuh daun jendela.

“Nah, ketika angin bertiup, maka dahan pohon kelapa ini bergoyang-goyang dan menimbulkan suara gesekan di daun jendela kamar,” terang kakek.

Kakek mengeluarkan bilah golok dari sarungnya yang biasa dia lingkarkan di pinggang dan memotong dahan kelapa tersebut sehingga tidak menyentuh daun jendela.

“Sekarang hantunya sudah mati” ujar kakek.

Amir dan Nandi tertawa.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment