Suara Misterius Di Jendela
Oleh Husni Magz
Malam itu Nandi dan Amir menginap di rumah kakek Hasan. Kakek
Hasan sudah berjanji untuk membantu mereka menyelesaikan tugas sekolah untuk
hari Senin. Amir dan Nandi tidur di kamar Paman Rusli, anak bungsu kakek Hasan yang
sekarang sedang mondok di podok pesantren. Jadi kamar tersebut kosong, hanya
setahun sekali Paman Rusli pulang ke kampung.
Tapi Nandi dan Amir tidak bisa tidur karena merasa gerah. Selain itu
banyak nyamuk di kamar tersebut. Akhirnya Nandi dan Amir hanya mengobrol saja.
“Amir, aku pernah mendengar kabar kalau kamar tidak dihuni dalam
waktu yang lama itu bisa dihuni hantu, lho,”ujar Nandi sembari memainkan
bantal. “Kamar ini kan sudah lama ditinggal Paman Rusli.”
“Ah, ada-ada saja kamu Nan, itu namanya tahayul. Cerita
bohong yang tidak boleh kita percaya,”sergah Amir. Dia tidak suka Nandi menceritakan kisah
yang seram-seram.
“Bener Mir, kata Sarli, di rumahnya juga ada kamar bekas neneknya. Semenjak
neneknya meninggal, Sarli sering mendengar suara-suara aneh di kamar neneknya itu. kata
Sarli, dia bahkan mendengar suara seseorang yang batuk dan bercakap-cakap.”
“Sudahlah Nan, jangan cerita hantu lagi. Nanti terbawa mimpi
lho,” Amir memperingatkan Nandi.
“Kamu takut ya,” ejek Nandi sembari tersenyum lebar.
“Tidak. Anak lelaki mana takut dengan cerita hantu bohongan,”
sergah Amir. Tidak rela disepelekan. Padahal di hatinya ia membenarkan persangkaan Nandi. Dia
takut jika mendengar cerita-cerita hantu. Apalagi diceritakan di malam hari.
“Tahu tidak, Mir, ternyata hantu itu…” Nandi menghentikan kata-katanya karena mendengar sesuatu di
luar kamar mereka.
Amir dan Nandi saling tatap. Ada suara
langkah kaki mendekati pintu kamar mereka. Nandi dan Amir merasa gelisah dan ketakutan luar
biasa.
“Ini semua gara-gara kamu menceritakan hantu.
Ini akibatnya,” bisik Amir kepada Nandi.
“Itu kan cerita bohongan,” bisik Nandi.
“Mana mungkin hantu itu
datang.”
“Itu buktinya,” balas Amir sembari menunjuk arah suara
itu datang.
Suara langkah kaki semakin jelas. Amir dan Nandi menahan napas dan
melafalkan doa-doa.
KREK…
Pintu kamar terbuka perlahan. Amir dan Nandi segera menutupi wajah
mereka dengan selimut dan menajamkan pendengaran mereka.
Suara langkah kaki yang beradu dengan lantai kayu semakin
jelas terdengar. Kemudian disertai suara batuk yang mendengkung.
Di balik
selimut, Nandi tersenyum lebar. Dia menyingkap selimut dan berseru, “Aku piker hantu,
ternyata kakek yang datang!”
Di saat yang
sama, Amir ikut menyembul dari balik selimut.
“Hus! Sembarangan!”
seru kakek sembari geleng-geleng kepala. “Kalian belum tidur?”
“Belum kek,”
jawab Amir. “Kakek kenapa datang ke sini?”
Kakek tersenyum.
“Kakek tahu kalian tidak bisa tidur karena banyak nyamuk. Makanya kakek datang membawa
obat nyamuk semprot. Kakek kemudian menyemrot semua pojok ruangan. “Nah, sekarang
kalian bisa tidur.”
Pada akhirnya,
Amir dan Nandi bisa
tidur tenang. Nyamuk-nyamuk tersebut tidak lagi mengganggu mereka.
Malam sudah larut ketika Amir mendengar suara di jendela. Seperti
ada benda yang digesek-gesekkan di jendela kamar tersebut. Beberapa saat
kemudian suara gesekan itu berubah menjadi suara ketukan yang samar.
Amir memicingkan matanya. Suara tersebut
masih terus terdengar. Tiba-tiba dia teringat cerita Nandi. Jangan-jangan benar
apa yang diceritakan Nandi. Kamar itu ada penghuninya, dan penghuninya tidak
senang jika kamarnya ditempati mereka berdua.
Amir menggoyang-goyangkan bahu Nandi
untuk membangunkannya. “Nandi, bangun!”
Nandi menggeliat dan hanya bergumam tidak jelas.
“Nandi bangun, ada suara di jendela.”
Nandi tetap bergeming dan mendengkur. Amir
hanya bisa menahan kesal
dan kembali berbaring disamping sahabatnya itu. mencoba tidak mempedulikan
suara di jendela.
Tapi, semakin Amir berusaha untuk tidak acuh, semakin dia terganggu
dengan suara itu. Sepanjang malam Amir tidak bisa
tidur karena suara itu selalu mengganggunya.
***
Kakek tertawa mendengar cerita Amir ketika sarapan pagi.
“Kamu tidak bohong kan?” tanya Nandi. Ia meragukan cerita
Amir.
“Ya sudah kalau tidak percaya. Aku sudah bangunkan kamu, tapi
kamu gak mau bangun,” seru Amir dengan bibir cemberut.
“Ayo ikut kakek,” ajak kakek sembari beranjak dari kursi.
“Mau kemana kek?” tanya Amir. Amir dan Nandi pun mengikuti langkah Kakek.
“Menghukum hantu yang membuat tidur kalian terganggu,”
jawab kakek diiringi
tawa.
Mereka menuju halaman belakang tepat dimana jendela
kamar Paman Rusli berada. Kakek tersenyum kepada Amir. Tangannya menunjuk ke arah jendela. “Lihat,
ternyata ini hantunya.”
Di sana ada bibit pohon kelapa yang belum terlalu tinggi. Satu dahan
pohon kelapa yang sudah tua terjuntai hingga menyentuh daun jendela.
“Nah, ketika angin bertiup, maka dahan pohon kelapa ini
bergoyang-goyang dan menimbulkan suara gesekan di daun jendela kamar,”
terang kakek.
Kakek mengeluarkan bilah golok dari sarungnya yang biasa dia
lingkarkan di pinggang dan memotong dahan kelapa tersebut sehingga tidak
menyentuh daun jendela.
“Sekarang hantunya sudah mati” ujar kakek.
Amir dan Nandi tertawa.
No comments:
Post a Comment