Di pingggiran
hutan hiduplah seekor angsa ynag bernama Nangla dan seekor kucing yang bernama
Ruci. Keduanya adalah milik seorang petani yang menggarap ladang di pinggiran
hutan.
Nangla angsa
mempunyai perangai yang baik dan rendah hati, sementara itu Ruci adalah seekor
kucing yang berperangai sombong,
Pada suatu pagi,
Nangla angsa sedang berenang di sebuah kolam bersama anak-anaknya. Tiba-tiba
datang Ruci menghampiri Nangla.
“Hai Nangla, aku
tantang kau lomba lari.”ujar Ruci dengan nada meremehkan.
“baiklah!”jawab Nangla
menyanggupi.
“Batasnya adalah
dari pohon ini sampai ujung petak ladang itu.”terang Ruci. Memberi tahu jarak
yang harus ditempuh. Nangla dan Ruci bersiap-siap. Mengambil ancang-ancang
untuk berlari.
“TIGA…DUA…SATU!!”
Teriak anak Ruci memberi aba-aba. Serta merta Nangla dan Ruci berlari secepat
yang mereka bisa.ruci tampak gesit berlari dan badannya meliuk-liuk dengan
cepat. Dalam waktu yang sekejap dia sudah sampai di garis finish.
Sementara itu
nangla tanpak kepayahan.nafasnya tersengal-sengal dan larinya pun sangat
lamban.ekornya meliuk ke kanan dank e kiri seirama dengan gerak kaki dan
tubuhnya. Kakinya terlalu pendek untuk bisa berlari secepat ruci.
“ha..ha…ha….”
ruci menertawakan nangla yang berusaha menuju garis finish.”sudahlah nangla,
berhentilah!lihat akau sudah sampai di garis finish.”
Nangla baru
menyadari hal itu ketika ia menoleh ke arah ruci. Ia melihat ruci tersenyum
penuh kemenangan. Nangla berhenti berlari dan terduduk kecapaian. Seasekali ia
menyeka keringatnya.
Ruci menghampiri
nangla dan menyentuh bahunya,”sudahlah, kali ini aku berharap kamu menang. Aku
mengajakmu untuk lomba memanjat pohon.”ujar ruci pura-pura mneghibur. Padahal
di dalam hatinya ia menertawakan nangla. Ruci beranggapan tantangannya itu tak
akan pernah dimenangkan nangla.
Nangla terdiam
untuk beberapa saat dan tanpak ragu untuk menerima tantangan ruci, namun
akhirnya ia menyanggupi juga.
Yang pertama
memanjat pohon adalah nangla. Ia berusah menggapai dahan terendah dan memanjat
dengan kedua kakinya. Sementara sayapnya memeluk batang pohon dengan Paruh yang
menggigit ujung ranting . Tak ayal, itu
membuat selaput renang di kakinya terluka.
Nangla berusaha
mengepakan kedua sayapnya supaya bisa melompat lebih tinggi.. Tapi tubuhnya
meliuk-liuk tak karuan. Ia mulai merasakan sakit di kakinya dan ia tak kuat lagi untuk menggigit dahan dalam
waktu yang terlalu lama. Lama-kelamaan
lehernya tersa pegal dan gigitannya mulai mengendor. Tiba-tiba tubuhnya
meluncur jatuh dan hampir menimpa anak-anaknya yang berada di bawah.
“EMAAK!!”teriak
anak-anaknya terkejut.
Ruci tertawa
tergelak-gelak melihata nangla terjatuh dan meringis kesakitan di bawah pohon.
Nangla mangajak anak-anaknya pergi tanpa menghiraukan ejekan ruci.
Esok harinya ruci
dan ketiga anaknya bermain di padang ilalang pinggiran kolam. Mereka tanpak
berlari-lari gembira.
“ayo! Berlatihlah
dengan gesit. Kalian harus bisa berlari dengan cepat.” Ujar ruci kucing memberi
semangat kepada anak-anaknya.
Salahsatu anak
ruci kucing diam-diam meninggalkan padang ilalang. Ia tertarik melihat belalang
yang berterbangan di pinggiran kolam. Ia
mengincar salahsatu belalang yang hinggap di dedaunan talas yang tumbuh
di pinggir kolam.anak ruci mengambil ancang-ancang dan dengan gerakan cepat ia
meloncat untuk menagkap belalang tersebut.
BYUUR!!
“Meoong…meoong…”
Anak ruci
terjatuh ke kolam. Rupanya tak menyadari ada kolam di hadapannya karena
terhalangi daun ilalang yang tinggi.
“anakku!
Toloong…toloong…” teriak ruci kucing panic. Ia kebingungan dan memutari kolam.
Ruci menangismelihat anaknya yang
meronta-ronta dan hampir tenggelam.
Nangla angsa yang
sedang berenang bersama anak-anaknya di koalam itu mendengar teriakan ruci kucing. Nangla segera
bergegas mendekati ruci kucing dan betapa terkejutnya ketika ia melihat
salahsatu anak ruci kucing hampir tenggelam di pinggiran kolam.
“tenanglah ruci
kucing, aku akan menolong anakmu.” Ujar nangla angsa sembari menceburkan
dirinya ke kolam dan berenang mendekati anak ruci yang meronta-ronta ketakutan.
“ayo! Naik ke
punggungku.” Ujar nangla. Beberapa saat kemudian anak ruci sudah berada dia
atas punggung nangla angsa dengan badan yang menggigil kedinginan.
ruci tercengang
melihat nangla angsa menolong anaknya. Ia merasa malu karena selama ini telah bersikap
sombong kepada nangla,.
“Nangla angsa, terimakasih
telah menolong anakku.” Ujar Ruci tersipu.
“sudahlah, kita
kan sudah berkewajiban untuk saling tolong menolong.” jawab nangla angsa
tersenyum ramah.
“ maafkan aku
yang selalu mengejekmu dan bersikap sombong kepadamu,” ujar ruci kucing sembari
menyeka air matanya. Ternyata kau sangat
baik hati dan mempunyai kelebihan yang tak aku miliki.”
Pangandaran,20 maret
2011
No comments:
Post a Comment